Jakarta, VIVA – Saat banyak anak muda takut kehilangan pekerjaan karena otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI), CEO Nvidia Jensen Huang justru punya pandangan berbeda. Menurutnya, masa depan dunia kerja tidak akan dikuasai oleh “tech bros” atau pekerja kantoran berjas rapi.
Tetapi, oleh para pekerja lapangan seperti tukang listrik, tukang ledeng, dan tukang kayu. Dalam wawancaranya dengan Channel 4 News di Inggris, Huang menegaskan bahwa ‘pekerja terampil akan menjadi tulang punggung ekonomi baru’
Ini bukan sekadar teori, tetapi ia menyiapkan dana besar untuk mewujudkannya. Huang mengatakan, pembangunan masif data center untuk menopang AI akan menciptakan ratusan ribu lapangan kerja di sektor teknis.
Ia mencontohkan, profesi seperti tukang listrik, tukang ledeng, dan tukang kayu akan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk membangun pabrik dan pusat data.
“Kita akan membutuhkan ratusan ribu dari mereka untuk membangun semua fasilitas ini,” ujarnya, seperti dikutip dari Fortune, Senin, 6 Oktober 2025.
Menurutnya, sektor ini akan terus “berlipat ganda setiap tahun,” seiring melonjaknya kebutuhan infrastruktur AI.
Tak perlu gelar tinggi untuk gaji tinggi
Pendiri dan Kepala Eksekutif NVidia, Jensen Huang.
Photo :
- VIVA/Lazuardhi Utama
Huang menyebut bahwa satu proyek data center seluas 250.000 kaki persegi bisa mempekerjakan hingga 1.500 pekerja konstruksi..Banyak di antara mereka bisa mengantongi lebih dari US$100.000 (sekitar Rp1,65 miliar) per tahun termasuk lembur, dan semuanya tanpa memerlukan ijazah kuliah.
Setelah pembangunan selesai, sekitar 50 pekerja tetap akan dibutuhkan untuk mengoperasikan fasilitas tersebut. Menariknya, setiap satu pekerjaan di data center akan memunculkan 3–4 pekerjaan baru di sekitar area itu.
Nvidia ikut turun tangan dengan investasi triliunan
Huang tak sekadar berbicara. Ia membuktikannya lewat aksi nyata, karen Nvidia baru-baru ini menggelontorkan US$100 miliar (sekitar Rp1.650 triliun) untuk berinvestasi di OpenAI, guna membangun jaringan data center berbasis chip AI Nvidia.
Menurut McKinsey, belanja modal global untuk data center bahkan diproyeksikan mencapai US$7 triliun (sekitar Rp115 kuadriliun) pada 2030.
Pandangan Huang juga sejalan dengan kekhawatiran para pemimpin perusahaan besar dunia. CEO BlackRock Larry Fink memperingatkan bahwa kekurangan tenaga kerja terampil bisa menjadi “badai sempurna” yang menghambat ekspansi industri AI.
Halaman Selanjutnya
“Saya bahkan sudah mengatakan kepada tim Trump bahwa kita akan kehabisan tukang listrik untuk membangun data center AI,” katanya.