Sidoarjo, VIVA – Keluarga almarhum Muhammad Sholeh bin Abdurrahman (22), santri asal Belitung yang wafat akibat runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, membuat keputusan berbeda. Mereka menolak sekaligus mengembalikan santunan yang sebelumnya diberikan pihak pesantren.
Kakak korban, Abdul Fattah, menyampaikan bahwa keluarga lebih mengharapkan doa dan rida kiai dibandingkan dengan bantuan materi.
"Keluarga lebih mengharapkan doa dan ridho kiai ketimbang bantuan materi, agar menjadi keberkahan bagi almarhum maupun keluarga yang ditinggalkan," ujar Fattah dikutip Instagram @nowdots.
Dewan Pengasuh Pesantren Al Khoziny, KHR Muhammad Ubaidillah Mujib, menegaskan santunan diberikan sebagai bentuk duka cita sekaligus permohonan maaf.
Evakuasi Memasuki Tahap Akhir
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa proses evakuasi korban runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny sudah memasuki tahap akhir. Pembersihan sisa puing dilakukan dengan bantuan alat berat untuk mempercepat pencarian.
Data BNPB per Senin (6/10) pukul 14.45 WIB mencatat jumlah korban meninggal dunia mencapai 53 orang. Sebanyak 97 orang telah selesai menjalani perawatan, enam korban masih dirawat medis, dan lima potongan tubuh ditemukan yang kini masih dalam tahap identifikasi tim DVI Polda Jawa Timur.
Dalam perkembangan terbaru operasi pencarian hari kedelapan, total 165 orang tercatat sebagai korban, terdiri dari 104 orang selamat, 61 orang meninggal dunia. Hingga laporan terakhir, delapan korban berhasil dievakuasi dari sektor A2 dan A3.
BNPB: Insiden Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny Jadi Bencana dengan Korban Terbesar Sepanjang 2025
Tercatat sudah lebih dari 50 korban ditemukan tewas akibat insiden ini.
VIVA.co.id
6 Oktober 2025