Jakarta, VIVA – Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp5.396.761 per bulan. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 6,5% atau sekitar Rp329.380 dibandingkan dengan UMP tahun 2024 yang sebesar Rp5.067.381. Kenaikan ini diharapkan mampu mengimbangi lonjakan biaya hidup di ibu kota yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
UMP ini berlaku untuk semua pekerja di Jakarta, termasuk mereka yang memiliki masa kerja kurang dari satu tahun. Dengan demikian, Jakarta menjadi provinsi dengan UMP tertinggi di Indonesia pada tahun 2025.
Meski begitu, tantangan utama bagi para pekerja adalah bagaimana cara mengelola gaji tersebut agar tetap bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, menyisihkan untuk ditabung, dan sesekali tetap bisa menikmati hiburan atau belanja tanpa terjerat utang.
1. Buat Anggaran Bulanan
Ilustrasi membuat anggaran kebutuhan tiap bulan
Photo :
- freepik.com/freepik
Langkah pertama yang wajib dilakukan adalah menyusun anggaran bulanan secara rinci. Dengan pendapatan Rp5,4 juta, tentukan alokasi dana untuk kebutuhan utama seperti makan, transportasi, tempat tinggal, pulsa/internet, dan kebutuhan pribadi. Sisihkan juga dana untuk tabungan dan darurat. Sebagai panduan sederhana, kamu bisa menggunakan metode 50/30/20:
- 50% untuk kebutuhan pokok (Rp2.698.380),
- 30% untuk keinginan atau lifestyle (Rp1.619.028),
- 20% untuk tabungan atau investasi (Rp1.079.352).
Angka ini tentu bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu, tapi intinya adalah disiplin terhadap anggaran yang telah dibuat.
2. Pilih Tempat Tinggal yang Ekonomis
Di Jakarta, biaya tempat tinggal bisa sangat menguras pendapatan. Jika memungkinkan, cari kos atau kontrakan di daerah penyangga yang masih terjangkau, seperti Jakarta Timur atau pinggiran Jakarta yang masih memiliki akses transportasi umum memadai. Alternatif lain adalah tinggal bersama teman sekamar untuk berbagi biaya sewa dan utilitas.
3. Kurangi Pengeluaran Harian yang Tidak Perlu
Ilustrasi frugal living atau hemat
Ngopi di kafe setiap hari, pesan makanan online terlalu sering, atau membeli barang-barang impulsif bisa jadi penyebab utama bocornya keuangan. Cobalah membawa bekal makan siang dari rumah, manfaatkan promo transportasi online, dan batasi pembelian barang yang tidak terlalu dibutuhkan. Setiap penghematan kecil jika dikumpulkan bisa menjadi tabungan yang berarti.
4. Gunakan Transportasi Umum
Biaya bensin, parkir, dan tol bisa sangat mahal jika kamu menggunakan kendaraan pribadi. Manfaatkan fasilitas transportasi umum seperti MRT, TransJakarta, atau KRL yang jauh lebih hemat. Selain ramah lingkungan, penggunaan transportasi umum juga membantu kamu lebih disiplin dalam mengatur waktu.
5. Manfaatkan Diskon dan Promo
Ilustrasi promosi produk yang didiskon di suatu retail di Jakarta beberapa waktu lalu.
Photo :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
Banyak aplikasi belanja online, e-wallet, dan supermarket yang menawarkan diskon atau cashback. Gunakan kesempatan ini untuk menghemat pengeluaran. Namun, penting untuk tidak terjebak membeli barang hanya karena tergoda promo. Gunakan promo hanya untuk kebutuhan yang memang sudah direncanakan.
6. Sisihkan Tabungan di Awal, Bukan Sisa
Banyak orang menabung dari sisa uang yang ada di akhir bulan, padahal cara ini kurang efektif. Cobalah membalik cara berpikir: begitu menerima gaji, langsung sisihkan dana tabungan atau investasi, misalnya 10–20% dari penghasilan. Sisanya baru digunakan untuk kebutuhan harian. Metode ini dikenal sebagai pay yourself first.
7. Siapkan Dana Darurat dan Asuransi
Tidak Mempersiapkan Dana Darurat
Tidak kalah penting, mulailah membangun dana darurat setidaknya 3–6 kali gaji untuk kebutuhan tak terduga seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan mendadak lainnya. Selain itu, pertimbangkan juga memiliki asuransi kesehatan tambahan jika belum difasilitasi kantor. Ini akan sangat membantu agar kamu tidak perlu merogoh tabungan saat menghadapi musibah.
Halaman Selanjutnya
Di Jakarta, biaya tempat tinggal bisa sangat menguras pendapatan. Jika memungkinkan, cari kos atau kontrakan di daerah penyangga yang masih terjangkau, seperti Jakarta Timur atau pinggiran Jakarta yang masih memiliki akses transportasi umum memadai. Alternatif lain adalah tinggal bersama teman sekamar untuk berbagi biaya sewa dan utilitas.