Jadi Petani Bisa Bikin Tajir, Cuma Butuh Benih dan Teknologi

6 hours ago 1

Jakarta, VIVABenih unggul adalah salah satu pilar utama dalam ketahanan pangan dan pertanian yang sukses. Hal ini dirasakan oleh Ahmad Lani petani bawang merah dari Cirebon Jawa Barat.

Mewarisi ilmu bertani dari orangtuanya, laki-laki yang pernah bercita-cita untuk kuliah di jurusan pertanian, namun gagal karena keterbatasan finansial keluarganya itu kini justru berhasil membuat lahan yang dia kelola menjadi sangat produktif.

Sebagai contoh, Lani dapat memanen bawang merah hingga 18 ton per hektare. Hasil panen tersebut di atas rata-rata produktivitas bawang merah nasional yang berkisar 10 ton per hektare.

Tidak hanya memanfaatkan benih unggul berkualitas, adopsi teknologi dan pola pupuk yang ramah lingkungan juga menjadi rahasia suksesnya.

“Menurut saya, petani itu kuncinya ada di benih unggul dan teknologi. Kalau pakai benih unggul, hasilnya juga meningkat secara signifikan. Jauh lebih tinggi dibanding menggunakan benih biasa,” tutur Ahmad Lani yang telah memanfaatkan teknik menanam bawang merah dengan biji atau True Shallot Seed (TSS).

Beberapa tahun ke belakang, petani di Indonesia memang telah dikenalkan dengan teknologi penanaman bawang merah melalui biji atau TSS. Adopsi teknologi ini menjadi salah satu pendorong peningkatan produktivitas bawang merah nasional.

Dengan benih unggul bawang merah seperti Sanren, Lokananta, dan Merdeka F1 potensi produksi dapat didongkrak hingga mencapai 18 ton per hektare.

Selain meningkatkan produktivitas, benih unggul juga sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

Di tengah tantangan perubahan iklim dan keterbatasan lahan, kemampuan benih unggul untuk menghadapi kondisi lingkungan yang berubah dan serangan hama serta penyakit menjadi sangat berharga.

“Petani juga harus terus berinovasi. Dan bertani itu membanggakan, karena kita dapat menjadi sumber pangan banyak orang,” kata Ahmad Lani.

Hal yang sama disampaikan oleh Nur Azitah Azman, petani

asal Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut Maman, demikian Nur Azitah Azman biasa dipanggil, petani sangat penting untuk mengetahui dan mengadopsi perkembangan teknologi pertanian terbaru.

Ia yang telah menggeluti dunia pertanian sejak usia 19 tahun itu membuktikan dengan adopsi teknologi dia mampu membesarkan usahanya dan memperluas area tanam yang semula hanya 5.000 kini menjadi 50.000 meter persegi.

Lebih lanjut Maman menyatakan bahwa kunci sukses petani lainnya adalah kemampuan membaca pasar dan adanya bimbingan dari pemerintah dan pihak swasta, terutama dalam mengadopsi teknologi yang tepat.

“Petani harus melek teknologi. Dulu saya juga tidak langsung mengerti, tapi lama-lama belajar, apalagi sering dibimbing sama tim dari Cap Panah Merah. Dari situ saya jadi tahu cara tanam yang lebih efisien, hasil juga makin bagus. Suatu kali bahkan saya pernah mendapatkan keuntungan hingga Rp2 miliar bertanam cabai di lahan 1,5 hektare,” ujarnya.

Cap Panah Merah adalah sebutan petani untuk perusahaan benih sayuran unggul yang berpusat di Purwakarta, Jawa Barat, yakni PT East West Seed Indonesia (Ewindo).

Beroperasi di Indonesia selama 35 tahun, perusahaan ini telah menghasilkan lebih dari 400 varietas unggul sayuran mulai dari bayam, kangkung, cabai, tomat, timun, terong, bawang merah, kacang panjang, labu hingga semangka dan melon.

Keberadaan benih unggul berkualitas yang mudah diakses membuat petani Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing dengan petani di negara lain.

Sebab, kualitas benih unggul tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari International Seed Testing Association (ISTA), organisasi independen yang berfokus pada pengembangan dan penerapan standar internasional untuk pengujian benih.

Halaman Selanjutnya

Selain meningkatkan produktivitas, benih unggul juga sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |