Kinerja Industri Minuman Ringan Awal 2025 Turun Gegara Daya Beli Masyarakat Melemah

5 hours ago 2

Rabu, 14 Mei 2025 - 13:47 WIB

Jakarta, VIVA – Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) mengungkapkan, industri minuman pada kuartal I-2025 menunjukkan kinerja negatif. Hal ini disebabkan karena melemahnya daya beli masyarakat Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan, Triyono Prijosoesilo mengatakan pada kuartal I-2025 yang termasuk momen Lebaran 2025, volume penjualan mengalami penurunan.

"Kita lihat ternyata datanya kurang baik, industri minuman secara keseluruhan termasuk AMDK minus 1,3 persen. Lebaran tahun lalu adalah di awal bulan April, jadi secara periode sebenarnya mirip enggak terlalu jauh beda ada persiapan-persiapan belanja dan kita ekspektasi penjualannya. Tapi ternyata datanya menunjukkan bahwa lebaran tahun ini tidak seindah yang kita bayangkan,” ujar Triyono dalam konferensi pers Rabu, 14 Mei 2025.

Sementara itu, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria mengatakan kinerja industri minuman ringan terus menunjukkan tren penurunan sejak semester II-2024.

Konsumen berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan di Semarang/Ilustrasi.

Photo :

  • ANTARA/R. Rekotomo

Merrijantij menuturkan, berdasarkan data ASRIM, pertumbuhan industri minuman ringan hanya mencapai 1,2 persen pada 2024, dibandingkan 2023 yang sebesar 3,2 persen.

"Data ASRIM menunjukkan bahwa sejak paruh kedua tahun 2024, industri minuman ringan terus menunjukkan tren penurunan dengan pertumbuhan hanya mencapai 1,2 persen," terangnya.

Merrijantij menjelaskan, turunnya kinerja industri ini disebabkan oleh menurunya daya beli masyarakat, hingga tekanan inflasi pada komponen industri.

"Hal ini dikarenakan beberapa tantangan signifikan seperti terus menurunnya daya beli masyarakat, tekanan inflasi pada komponen industri, ketegangan dagang global dan kebijakan baru dari Amerika Serikat. Seperti peninjauan kembali tarif impor terhadap produk berbasis gula, dan bahan baku olahan tropis juga berdampak pada biaya bahan baku dan akses pasar ekspor," jelasnya.

Dengan demikian, Merrijantij menegaskan tren penurunan ini harus menjadi perhatian. Sebab, sektor industri minuman ringan berkontribusi penting terhadap penciptaan lapangan kerja, investasi lokal, serta rantai pasok bahan baku dan logistik. 

"Tantangan ini harus menjadi momentum bagi industri minuman untuk terus berinovasi dan adaptif terhadap segala dinamika yang terjadi," tegasnya.

Aktivitas pedagang dan konsumen di pasar tradisional sayur dan rempah-rempah. (foto ilustrasi konsumsi masyarakat)

Photo :

  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Dia melanjutkan, makanan dan minuman berkontribusi sebesar 40,31 persen terhadap PDB Industri non migas, dan 6,92 persen terhadap PDB nasional pada tahun 2024. Kemudian industri makanan dan minuman juga masih tumbuh positif sebesar 5,90 persen pada tahun 2024. 

"Investasi sektor industri makanan dan minuman juga masih bertumbuh dan diminati oleh para investor. Hal ini terlihat dari perkembangan realisasi investasi di sektor industri makanan dan minuman yang mencapai Rp 110,57 triliun pada tahun 2024," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya

"Hal ini dikarenakan beberapa tantangan signifikan seperti terus menurunnya daya beli masyarakat, tekanan inflasi pada komponen industri, ketegangan dagang global dan kebijakan baru dari Amerika Serikat. Seperti peninjauan kembali tarif impor terhadap produk berbasis gula, dan bahan baku olahan tropis juga berdampak pada biaya bahan baku dan akses pasar ekspor," jelasnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |