Krisis Kemanusiaan di Gaza Terus Memburuk, Genosida Israel Harus Disetop

1 day ago 4

Rabu, 28 Mei 2025 - 16:18 WIB

Jakarta, VIVA - Kebrutalan Israel melakukan genosida di Gaza Palestina terus menuai kecaman dunia. Krisis kemanusiaan di Palestina yang makin memprihatinkan jadi tanggungjawab bersama.

"Genosida Israel di Gaza terjadi karena dunia telah lama mengabaikan Palestina. Padahal, isu kemanusiaan di Palestina adalah tanggung jawab bersama,” kata Direktur Utama Adara Relief International, Maryam Rachmayani dalam diskusi peringatan 77 tahun Nakba di Jakarta, dikutip pada Rabu, 28 Mei 2025.

Diskusi peringatan tragedi Nakba itu diselenggarakan Adara Relief International, lembaga kemanusiaan yang berfokus pada isu anak dan perempuan di Palestina. Tujuan diskusi digelar untuk mendorong dukungan luas bagi kemerdekaan Palestina dari penjajahan Isrel. 

Maryam menyampaikan sudah saatnya seluruh mata tertuju pada genosida yang terus berlangsung di Palestina. 

Dalam acara itu turut dihadiri sekitar 400 peserta dari berbagai kalangan, termasuk kalangan influencer, akademisi, jurnalis, aktivis, hingga mahasiswa. Selain itu, hadir pula Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Hidayat Nur Wahid alias HNW.

Dalam pidatonya, HNW menyamaikan sebanyak 143 negara mengakui Palestina sebagai negara. Menurut dia, jika Israel terus melakukan kejahatan maka sama dengan pelanggaran terhadap negata yang berdaulat dan diakui banyak negara. 

“Apabila Israel melakukan kejahatan terhadap Palestina, maka dia telah melakukan kejahatan terhadap negara yang telah diakui oleh negara-negara berdaulat tersebut,” jelas HNW.

Untuk mengungkapkan fakta kejahatan Israel, hadir pula tiga pejuang kemanusiaan dari kalangan medis dan jurnalis di Gaza. Ketiganya yaitu Prof. Dr. dr. Basuki Supartono, Youmna Al Sayed, dan Maher Abu Quta. 

Ketiganya menceritakan pengalaman mereka selama menghadapi situasi sulit dengan berbagai bentuk tantangan di Gaza.

dr Basuki yang juga bagian Dokter Bulan Sabit Merah Indonesia menceritakan kondisi kesehatan di Gaza yang makin mempritinkan. Israel melakukan penargetan sistematis terhadap fasilitas medis di Gaza. 

“Betapa penghancuran sistem kesehatan di sana bukan kecelakaan, apalagi salah sasaran. Melainkan menjadi bagian dari strategi militer mereka,” kata dr Basuki.

Sementara, jurnalis dan kameramen dari media internasional Al Jazeera, yaitu Youmna Alsayed dan Maher Abu Quta menyebut Israel sengaja menyasar awak media peliput.

“Israel menargetkan media untuk mencegah kebenaran sampai ke dunia,” ujar Maher. 

Menurut Maher, aksi keji Israel itu dengan melakukan rangkaian pembungkaman terhadap pers. Caranya dengan menyerang langsung kantor media, melarang jurnalis asing masuk ke Gaza. Aparat zionis juga menangkap dan mengintimidasi jurnalis.

Adapun Youmna mengaku dirinya menerima ancaman langsung karena Israel menargetkan keluarganya. Ia menyebut tentara Israel menembaki rumahnya setiap 5 menit. 

“Aku merasakan harga yang harus kubayar karena meliput peristiwa yang terjadi kepada bangsaku, aku membayarnya dengan bahaya terhadap keluargaku,” ujar Youmna dengan nada bergetar. 

Sementara, salah satu peserta diskusi yang juga seorang aktivis Palestina, Elsa Masyita mengaku prihatin dengan kondisi di Gaza. Menurut dia, pemberitaan media massa saat ini belum seberapa dengan kenyataan yang terjadi di Palestina. 

“Banyak banget berita-berita. Ternyata kejahatan-kejahatan penjajah baru 10% yang diberitakan. Ini menjadi tamparan bagi kita untuk terus memperjuangkan Palestina," tutur Elsa. 

Halaman Selanjutnya

Untuk mengungkapkan fakta kejahatan Israel, hadir pula tiga pejuang kemanusiaan dari kalangan medis dan jurnalis di Gaza. Ketiganya yaitu Prof. Dr. dr. Basuki Supartono, Youmna Al Sayed, dan Maher Abu Quta. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |