Kualitas Udara Jakarta Masuk 11 Terburuk di Dunia

7 hours ago 3

Sabtu, 17 Mei 2025 - 11:30 WIB

Jakarta, VIVA – Pada Sabtu pagi, 17 Mei 2025, Jakarta kembali menjadi sorotan dunia — bukan karena prestasi, melainkan karena kualitas udaranya yang memburuk. Berdasarkan data terbaru dari situs pemantauan udara global IQAir, Ibu Kota Indonesia menduduki peringkat ke-11 sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Menurut pantauan yang dilakukan pada pukul 05.45 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) Jakarta tercatat di angka 114, yang artinya masuk dalam kategori "tidak sehat bagi kelompok sensitif". Sementara konsentrasi partikel halus PM2.5, yaitu polutan berbahaya yang bisa masuk ke dalam paru-paru dan aliran darah, berada pada level yang mengkhawatirkan.

Jakarta Kalahkan Banyak Kota Besar, Tapi Belum Seburuk Lahore

Meski kondisi udara Jakarta cukup memprihatinkan, masih ada kota-kota lain yang mencatatkan kualitas udara lebih buruk. Berikut adalah daftar lima besar kota dengan polusi udara tertinggi pada waktu yang sama:

  • Lahore, Pakistan – AQI 171 (kategori sangat tidak sehat)
  • Kuwait City, Kuwait – AQI 160
  • Chengdu, China – AQI 158
  • Dubai, Uni Emirat Arab – AQI 153
  • Dhaka, Bangladesh – AQI 150

Jakarta berada tepat di bawah mereka, menempati peringkat ke-11 dunia, menandakan bahwa masalah polusi udara di kota ini semakin mendesak untuk ditangani secara serius.

Polusi Udara di Kota Jakarta (foto ilustrasi)

Langkah Dinas Lingkungan Hidup DKI: Mencontoh Paris dan Bangkok

Menanggapi kondisi tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan komitmennya untuk terus mengembangkan sistem pemantauan kualitas udara secara lebih masif dan canggih. Kepala DLH DKI, Asep Kuswanto, menjelaskan bahwa Jakarta tengah meniru pendekatan kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok.

“Bangkok memiliki sekitar 1.000 Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) dan Paris sekitar 400 SPKU. Sementara itu, Jakarta saat ini baru memiliki 111 SPKU, meningkat drastis dari hanya 5 unit beberapa tahun lalu,” ujar Asep.

Menurutnya, penambahan jumlah stasiun pemantau ini sangat penting agar pemerintah dapat melakukan intervensi cepat dan tepat dalam menanggulangi pencemaran udara.

Keterbukaan Data: Kunci Perbaikan Udara Jakarta

Polusi Udara Jakarta Peringkat Kedua Dunia dengan Kualitas Udara Terburuk

Photo :

  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Asep juga menegaskan bahwa keterbukaan informasi terkait kualitas udara harus diperkuat. Menurutnya, masyarakat perlu mendapat informasi yang transparan agar kesadaran dan partisipasi publik dalam menjaga kualitas udara bisa meningkat.

“Kita tidak bisa hanya mengandalkan intervensi sesaat. Dibutuhkan langkah-langkah luar biasa dan berkelanjutan agar pencemaran udara bisa ditekan secara sistematis dan menyeluruh,” kata Asep.

Salah satu program yang tengah dirancang adalah penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) yang nantinya akan disebar di berbagai titik Jakarta. Sensor ini diharapkan dapat memberikan data real-time yang lebih luas dan akurat.

Mengapa PM2.5 Berbahaya?

Partikulat PM2.5 adalah partikel dengan ukuran lebih kecil dari 2,5 mikron. Karena ukurannya yang sangat kecil, partikel ini dapat menembus sistem pernapasan manusia, masuk ke paru-paru, bahkan sampai ke aliran darah. Paparan PM2.5 dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, mulai dari asma, gangguan paru-paru, hingga penyakit jantung dan stroke.

Jakarta Butuh Aksi Nyata dan Perubahan Gaya Hidup

Selain intervensi dari pemerintah, masyarakat juga perlu ikut berkontribusi dalam mengurangi polusi udara. Beberapa langkah kecil yang bisa dilakukan antara lain:

  • Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
  • Memilih transportasi umum atau bersepeda
  • Menanam pohon dan merawat ruang hijau
  • Mengurangi pembakaran sampah
  • Menghindari penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan

Waktunya Jakarta Bernapas Lega

Masuknya Jakarta dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah alarm keras yang tidak bisa diabaikan. Diperlukan komitmen serius dari pemerintah dan kesadaran kolektif masyarakat untuk memperbaiki kondisi ini. Polusi udara bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal hak asasi manusia untuk hidup sehat dan aman.

Mari bersama-sama wujudkan Jakarta yang tidak hanya padat dan sibuk, tapi juga sehat dan layak untuk ditinggali.

Halaman Selanjutnya

Langkah Dinas Lingkungan Hidup DKI: Mencontoh Paris dan Bangkok

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |