Washington, VIVA – Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merelokasi warga Palestina dari Jalur Gaza ke Libya. Rubio menekankan bahwa setiap diskusi relokasi hanya melibatkan pengaturan sukarela.
"Tidak, tidak ada deportasi (relokasi). Yang telah kami bicarakan dengan beberapa negara adalah jika seseorang dengan sukarela (meninggalkan Gaza) dan mengatakan: 'Saya ingin pergi ke tempat lain,'" kata Rubio kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat.
"Apakah ada negara di kawasan tersebut yang bersedia menerima mereka untuk beberapa waktu?" tambahnya, dikutip dari Anadolu Ajansi, Rabu 21 Mei 2025.
VIVA Militer: Situasi di Jalur Gaza, Palestina
Rubio menggambarkan potensi relokasi sebagai tindakan sementara untuk meringankan penderitaan kemanusiaan daripada membangun kembali secara permanen.
"Anda tidak ingin orang-orang terjebak di sana. Mereka mungkin ingin kembali, mereka mungkin ingin tinggal di sana di masa mendatang, tetapi saat ini, mereka tidak bisa," kata Rubio, yang menggambarkan pengaturan tersebut sebagai "jembatan menuju rekonstruksi."
Rubio juga mengatakan bahwa Washington bertanya kepada beberapa negara apakah mereka bersedia menerima warga Gaza untuk sementara waktu. Namun, ia mengatakan tidak mengetahui adanya diskusi yang melibatkan Libya.
Warga Gaza Terancam Kelaparan Massal, Buntut Israel Blokir Seluruh Pasokan Makan
Kedutaan Besar AS di Libya memperkuat sikap tersebut pada hari Minggu, dengan menyebut laporan tentang relokasi warga Palestina ke Libya sama sekali tidak berdasar.
Penolakan tersebut menyusul laporan oleh NBC News yang menyatakan bahwa pemerintahan Trump mempertimbangkan untuk merelokasi secara permanen hingga 1 juta warga Gaza ke Libya dengan imbalan mencairkan aset Libya senilai miliaran dolar.
Halaman Selanjutnya
Source : Reuters