Paus Fransiskus dan Warisan Doa untuk Palestina

3 hours ago 2

Senin, 21 April 2025 - 23:46 WIB

Jakarta, VIVA – Dunia tengah berduka. Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus, mengembuskan napas terakhirnya di usia 88 tahun. Sosok yang dikenal hangat dan penuh welas asih itu, meninggal dunia usai berjuang melawan penyakit pneumonia ganda yang telah dideritanya selama berbulan-bulan.

Meski begitu, hingga akhir hayat, Paus Fransiskus tak pernah berhenti bersuara. Dia tetap menyuarakan keprihatinannya atas tragedi kemanusiaan yang menimpa rakyat Palestina

Bahkan, dalam kondisi fisik yang melemah, dia masih aktif menjalin kontak harian dengan komunitas Katolik di Gaza. Paus sendiri, memang dikenal sebagai tokoh dunia yang paling konsisten membela kemanusiaan warga Palestina di tengah serangan brutal Israel.

Pada Minggu Palma terakhir, Paus Fransiskus menunjukkan keteguhan imannya dengan tampil langsung di hadapan puluhan ribu umat di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Meski hanya memberikan ucapan singkat, 'selamat Paskah', tetapi makna kehadirannya begitu dalam bagi umat Katolik di seluruh dunia.

Dalam perayaan itu, homili yang disiapkan oleh Paus dan dibacakan oleh Kardinal Leonardo Sandri, menyentuh banyak hati. “Ketika kita melihat kerumunan orang yang dipaksa oleh kebencian dan kekerasan untuk berjalan di jalan Kalvari, marilah kita mengingat bahwa Tuhan telah menebus jalan ini, dengan berjalan di dalamnya sendiri, memberikan hidup-Nya bagi kita. Banyak Simon dari Kirene ada di zaman kita, memikul salib Kristus di pundaknya!” demikian seperti dikutip dari The Nation, Senin, 21 April 2025.

Paus Fransiskus Berkunjung ke Konfrensi Wali Gereja Indonesia

Photo :

  • (Willy Kurniawan/Pool Photo via AP)

Sementara dalam Doa Angelus yang juga dia susun, Paus Fransiskus menyebut langsung para korban tak bersalah dari Palestina, Ukraina, Sudan Selatan, dan wilayah lain yang dilanda konflik bersenjata. Konsistensinya membela Palestina, telah membedakan Paus Fransiskus dari banyak pemimpin dunia lainnya. 

Saat dunia diam, dan bahkan ketika tokoh seperti Donald Trump justru mengusulkan pemindahan paksa warga Gaza, Paus Fransiskus justru memilih untuk terus bersuara. “Menurut beberapa ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki karakteristik genosida. Hal ini harus diselidiki dengan cermat untuk menentukan apakah sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan oleh para ahli hukum dan badan internasional,” tulisnya awal tahun ini.

Paus Fransiskus juga menyoroti pemboman terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penderitaan anak-anak Palestina. “Ini adalah kekejaman, ini bukan perang,” ujarnya lantang pada Desember 2023 lalu.

Bahkan ketika gencatan senjata di Gaza gagal, dia tetap menyerukan jalan damai. “Saya sedih atas dimulainya kembali pemboman besar-besaran Israel di Jalur Gaza, yang menyebabkan banyak kematian dan luka-luka. Saya menyerukan penghentian senjata segera, dan keberanian untuk melanjutkan dialog,” katanya.

Gereja Keluarga Kudus di Gaza menjadi salah satu tempat yang terus diperhatikannya. Meski jauh dan sakit, Paus Fransiskus selalu berusaha menghubungi imam dan jemaat di sana, menjadikan gereja itu simbol harapan bagi semua agama di tengah konflik yang tak kunjung usai.

Kini, dunia kehilangan seorang pemimpin yang bukan hanya menyatukan umat, tapi juga menjadi suara keadilan bagi mereka yang lama dibungkam. Selamat jalan, Paus Fransiskus.

Halaman Selanjutnya

Saat dunia diam, dan bahkan ketika tokoh seperti Donald Trump justru mengusulkan pemindahan paksa warga Gaza, Paus Fransiskus justru memilih untuk terus bersuara. “Menurut beberapa ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki karakteristik genosida. Hal ini harus diselidiki dengan cermat untuk menentukan apakah sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan oleh para ahli hukum dan badan internasional,” tulisnya awal tahun ini.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |