Jakarta, VIVA – Perempuan bukan lagi mengurus rumah tangga, di zaman serba canggih, banyak perempuan tangguh menjadi tulang punggung keluarga. Kisah mereka menjadi inspirasi di momen Hari Kartini tahun ini.
Memperingati Hari Kartini, Ninja Xpress membagikan kisah inspiratif para kurir wanita yang menunjukkan bahwa semangat emansipasi hidup di balik helm dan jaket pengantar paket. Ya, Hari Kartini menjadi pengingat penting akan perjuangan perempuan dalam memperoleh kesetaraan dan kesempatan yang layak. Kini, lebih dari satu abad sejak emansipasi perempuan digaungkan oleh R.A. Kartini, semangat itu terus hidup bukan hanya di ruang kelas atau kantor, tapi juga di jalanan. Termasuk di balik seragam dan helm para kurir perempuan Ninja Xpress, yang menantang stigma dan membuktikan bahwa perempuan bisa berdaya di ruang manapun.
Dengan komitmen “Siap Bantu Sampai Tujuan”, penyedia jasa pengiriman saat ini bukan hanya menghadirkan layanan logistik ke seluruh penjuru Indonesia, tetapi juga mendukung pemberdayaan mitra pengemudi, termasuk perempuan. Meski dunia pengiriman kerap dianggap sebagai ranah maskulin, para kurir perempuan membuktikan bahwa pekerjaan ini juga milik mereka. Dalam rangka Hari Kartini, Ninja Xpress menyoroti perjuangan empat kurir wanita yang membuktikan bahwa keberanian dan ketekunan perempuan tak lagi dibatasi ruang dan profesi.
Intan dan Rini: Dua Ibu, Satu Semangat
Intan dan Rini sama-sama single parent. Mereka memilih menjadi kurir bukan karena mudah, tapi karena tahu persis apa yang dipertaruhkan, yaitu masa depan anak. Intan telah menjadi kurir sejak 2019. Sebelumnya ia pernah menjadi driver ojek online, membuatnya terbiasa dengan tantangan lapangan. Tapi menjadi kurir bukan tanpa cobaan.
“Tantangan terberat itu kalau ketemu pelanggan yang kurang ramah sampai menyebalkan. Kadang ingin berhenti, tapi saya ingat anak. Dia alasan saya tetap bersemangat dan bertahan,” ujar Intan.
Berbeda dengan Intan, Rini baru bergabung di awal 2025. Sebelumnya ia hanya antar jemput anak sekolah. “Saya tidak betah hanya di rumah. Jadi kurir ini pertama kalinya saya kerja lapangan,” katanya. Meski terkadang tersesat atau dimarahi pelanggan, Rini tidak menyerah. “Sebagai perempuan, saya ingin buktikan bisa berdiri sendiri, tanpa bergantung pada laki-laki.”
Tia: Mengajar di Sekolah, Mengantar di Jalanan
Tia bukan hanya kurir Ninja Xpress, ia juga masih aktif mengajar sebagai guru olahraga di salah satu sekolah menengah pertama. Di tengah kesibukan mengajar, ia memilih menjadi kurir sebagai pekerjaan sampingan yang fleksibel, berawal dari ajakan teman di masa pandemi, kini jadi rutinitas yang menguatkannya.
“Kalau pagi saya mengajar di sekolah, lalu setelah jam pulang, saya ambil jadwal pengiriman. Bagi saya, jadi kurir itu bukan sekadar kerja tambahan, tapi juga bentuk latihan mental dan fisik,” ujar Tia.
Tantangan tentu ada, baik dari pelanggan yang galak hingga rasa lelah setelah seharian beraktivitas. Namun, semangat untuk tetap mandiri sebagai perempuan jadi pegangan Tia. “Saya ingin perempuan, termasuk saya sendiri, tidak dipandang sebelah mata. Jadi guru dan jadi kurir bisa dijalani bersamaan, asal kita tahu tujuan dan bisa atur waktu,” tambahnya mantap.
Lita: Melaju Bersama Keluarga
Lita bergabung menjadi kurir sejak 2019 demi satu hal, yaitu fleksibilitas. Ia ingin tetap bisa membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga sambil menjaga keutuhan perannya sebagai ibu dan istri. Dukungan suami dan anak menjadi bahan bakar semangatnya, meski sempat merasa malu karena cibiran sekitar. Dengan ritme kerja yang bisa diatur, Lita mampu menyeimbangkan perannya sebagai kurir dan ibu. Pagi hari ia siapkan kebutuhan rumah, lalu berangkat mengantar paket. Sore hari ia kembali mengenakan celemek, kembali ke dapur, dan menemani anak belajar. “Dulu banyak yang bilang, ‘ngapain sih perempuan jadi kurir?’ Tapi sekarang, saya bangga. Apalagi anak dan suami selalu kasih semangat,” tuturnya.
Perempuan Biasa, Peran Luar Biasa
Kisah Intan, Rini, Tia, dan Lita mengajarkan kita bahwa perjuangan Kartini masa kini tidak melulu tentang jabatan tinggi atau prestasi akademik. Terkadang, ia hadir dalam wujud
paling sederhana, seperti perempuan yang bangun pagi, pakai helm, dan membawa paket dari rumah ke rumah. Ninja Xpress terus membuka peluang dan mendukung mitra perempuan untuk tumbuh dan berkembang. Tidak hanya menyediakan sistem kerja fleksibel, Ninja Xpress juga berkomitmen menciptakan ruang kerja yang inklusif dan aman bagi semua mitra.
Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer Ninja Xpress, menyampaikan, “Kami percaya bahwa mendukung perempuan bukan hanya soal memberi peluang, tapi juga soal memberi ruang untuk mereka berkembang, berdaya, dan bersinar di sektor yang dulu bukan milik mereka,”
Kartini adalah simbol perjuangan dan pembuka jalan. Kini, para kurir perempuan Ninja Xpress menunjukkan bahwa jalan itu terus ditempuh dengan helm di kepala, semangat di dada, dan paket kebaikan di tangan.
Halaman Selanjutnya
Berbeda dengan Intan, Rini baru bergabung di awal 2025. Sebelumnya ia hanya antar jemput anak sekolah. “Saya tidak betah hanya di rumah. Jadi kurir ini pertama kalinya saya kerja lapangan,” katanya. Meski terkadang tersesat atau dimarahi pelanggan, Rini tidak menyerah. “Sebagai perempuan, saya ingin buktikan bisa berdiri sendiri, tanpa bergantung pada laki-laki.”