Jakarta, VIVA – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) bukan hanya ajang parade militer dan pameran alutsista, tetapi juga mencerminkan arah baru kebijakan pertahanan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Pengamat keamanan internasional, Ulta Lavenia, menegaskan bahwa Indonesia kini tidak lagi sekadar mengejar minimum essential force dalam memperkuat TNI, melainkan beralih ke konsep yang lebih ambisius yaitu optimum essential force.
“Dengan kepemimpinan Pak Prabowo, teman-teman di Komisi I tidak lagi bicara minimum essential force, tapi optimum essential force. Karena Pak Prabowo ingin motivasinya agar optimal, bukan sekadar minimum 40 persen, tetapi bagaimana bisa semaksimal mungkin dioptimalkan,” ucap Ulta dikutip tvOne.
Ulta menjelaskan bahwa modernisasi alutsista TNI tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Proses pengadaan atau procurement membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum benar-benar bisa dioperasikan.
Peneliti dan pengamat keamanan internasional, Ulta Lavenia
“Modernisasi harus terus dilakukan, walaupun bertahap. Jangan diharapkan semua selesai di pemerintahan Pak Prabowo, karena misalnya untuk pembelian alutsista itu tidak langsung ada, procurement-nya butuh beberapa tahun,” tegasnya.
Meski begitu, langkah ini penting untuk menjaga kesiapan pertahanan Indonesia di tengah situasi geopolitik dunia yang semakin kompleks.
TNI di Tengah Persaingan Global
Menurut Ulta, dunia saat ini berada dalam kondisi multipolar dengan rivalitas antarnegara besar yang semakin ketat, seperti Amerika Serikat dan Cina. Dalam situasi ini, TNI diharapkan mampu menjadi agen efek gentar atau deterrent effect.
“Secara geopolitik ada kondisi multipolar yang persaingannya semakin ketat. Makanya TNI diharapkan menjadi semacam agen deterrent effect, efek yang bisa memberikan makna kepada pihak lawan bahwa kita tidak bisa diganggu,” ujarnya.
Dengan demikian, arah kebijakan pertahanan di bawah Presiden Prabowo tidak hanya soal memperkuat militer, tetapi juga memberi pesan strategis kepada dunia bahwa Indonesia siap menjaga kedaulatan wilayahnya.
Perayaan HUT TNI ke-80 di Monumen Nasional (Monas) menjadi ajang unjuk gigi berbagai alutsista canggih, termasuk sail pass 50 kapal, fly pass pesawat TNI AU, hingga defile pasukan yang melibatkan 100.000 prajurit.
Halaman Selanjutnya
Analis pertahanan Adrianus Prima Manggala menilai parade tersebut bukan sekadar menunjukkan kekuatan yang ada saat ini, tetapi juga gambaran arah modernisasi TNI di masa depan.