Washington, VIVA – Gelombang perlawanan terhadap kebijakan perdagangan Donald Trump mulai bermunculan di dalam Partai Republik, setelah presiden AS itu mengumumkan tarif besar-besaran dalam perang dagang globalnya.
Langkah tersebut memicu gejolak di pasar saham dunia, termasuk Wall Street, serta menuai kritik luas dari komunitas internasional.
Beberapa jam setelah Trump menyebut kebijakan ini sebagai "hari pembebasan", empat senator Republik secara terbuka menentangnya.
Mereka mendukung RUU yang diajukan Demokrat di Senat, menuntut pembatalan tarif 25 persen atas produk Kanada. Meskipun tidak mengikat secara hukum, resolusi ini menjadi simbol keresahan di internal Partai Republik terhadap kebijakan ekonomi Trump.
Dukungan terhadap RUU ini datang dari tokoh-tokoh penting, termasuk Mitch McConnell dan Rand Paul dari Kentucky, Susan Collins dari Maine, serta Lisa Murkowski dari Alaska.
McConnell, mantan pemimpin mayoritas Senat, mengecam kebijakan tarif Trump sebagai "kebijakan buruk" yang akan memperburuk kondisi ekonomi.
"Perang dagang dengan mitra kami paling merugikan pekerja," tegas McConnell.
"Tarif menaikkan biaya barang dan jasa. Tarif merupakan pajak bagi pekerja Amerika sehari-hari," tambahnya, dikutip dari The Guardian, Jumat 4 April 2025.
Kritik serupa datang dari mantan Wakil Presiden Mike Pence, yang menyebut tarif tersebut sebagai kenaikan pajak masa damai terbesar dalam sejarah AS.
"Tarif ini hampir 10 kali lipat dari tarif yang dikenakan selama pemerintahan Trump-Pence, dan akan membebani keluarga Amerika lebih dari US$ 3.500 per tahun," tulisnya.
VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Photo :
- AP/Manuel Balce Ceneta
Perlawanan dari Internal Partai
Keempat senator Republik yang membelot tetap mendukung resolusi meskipun Trump secara terbuka meminta mereka menolaknya.
Resolusi ini diajukan oleh Tim Kaine, senator Demokrat dari Virginia, dan bertujuan membatasi kekuasaan Trump di bawah Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional.
McConnell menegaskan bahwa kebijakan perdagangan harus memperkuat aliansi, bukan merusaknya.
"Menjaga kemakmuran jangka panjang industri dan pekerja Amerika memerlukan kerja sama dengan sekutu kita, bukan melawan mereka," ujarnya.
"Hal terakhir yang kita perlukan adalah bertengkar dengan teman-teman yang seharusnya bekerja sama dengan kita untuk melindungi diri dari praktik perdagangan China yang tidak adil."
Rand Paul, senator dari Kentucky juga mempertanyakan konstitusionalitas tarif tersebut.
"Konstitusi kita sangat spesifik bahwa pajak dan tarif adalah pajak yang harus berasal dari DPR, bukan hanya ditetapkan oleh presiden," ungkapnya.
Selanjutnya, Susan Collins yang menyoroti dampak negatif tarif terhadap industri di negara bagiannya, Maine, termasuk sektor lobster, pertanian, serta pulp dan kertas. Ia juga mengecam alasan Trump yang menuduh Kanada bertanggung jawab atas masuknya fentanil ke AS.
"Faktanya, sebagian besar fentanil di Amerika berasal dari perbatasan selatan [bukan dari Kanada]," ujarnya di ruang Senat.
Senada itu, Murkowski, senator Alaska, memperingatkan bahwa tarif ini akan merugikan negaranya yang berbatasan langsung dengan Kanada.
"Kami adalah teman, tetangga, mitra, dan sekutu dalam ekonomi, pertahanan, budaya, dan perdagangan," tulisnya di X.
Ketegangan Meningkat di Partai Republik
Perlawanan terbuka dari sejumlah senator Republik menandakan meningkatnya ketegangan di dalam partai, yang sebagian besar memilih diam karena khawatir akan dampak politik dari Trump.
Thom Tillis, senator dari North Carolina, memperingatkan potensi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki bagi konstituen petaninya.
"Mereka yang mengatakan ini hanya kesulitan sementara harus berbicara dengan para petani saya, yang tinggal satu musim panen lagi dari kebangkrutan," katanya kepada CNN.
Sementara itu, pemimpin mayoritas Senat dari Partai Republik, John Thune, berusaha menyeimbangkan kekhawatirannya dengan kesetiaan terhadap Trump.
"Saya punya masalah. Saya mewakili negara bagian yang sangat bergantung pada ekspor," paparnya.
"Tetapi saya menghargai upaya presiden untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik."
Di sisi lain, Demokrat tidak ragu mengkritik kebijakan Trump dan memuji pemberontakan dari Partai Republik.
"Inilah yang terjadi ketika orang berbicara," tulis Senator Cory Booker dari New Jersey.
Chuck Schumer, pemimpin Demokrat di Senat, bahkan menyindir kebijakan Trump dengan menulis, "Tarif 54% untuk Tiongkok, tarif 10% untuk Iran, tarif 0% untuk Rusia", diikuti emoji bingung.
Senator Brian Schatz dari Hawaii menulis lebih tajam, "Saya belum pernah melihat seorang presiden merusak ekonomi dengan sengaja."
Sementara itu, Chris Murphy dari Connecticut berkomentar, "Inilah yang harus dipahami. Semuanya disengaja. Menciptakan kekacauan dan krisis."
Ketegangan di Washington dipastikan terus meningkat seiring dampak ekonomi dari kebijakan tarif Trump mulai dirasakan.
Halaman Selanjutnya
"Tarif ini hampir 10 kali lipat dari tarif yang dikenakan selama pemerintahan Trump-Pence, dan akan membebani keluarga Amerika lebih dari US$ 3.500 per tahun," tulisnya.