Tokyo, VIVA – Jagat politik Jepang kembali diguncang! Menteri Pertanian Taku Eto resmi mengundurkan diri pada Rabu 21 Mei 2025 setelah pernyataannya yang dianggap tidak sensitif memicu gelombang kemarahan publik. Ucapan sang menteri yang menyebut dirinya tak perlu membeli beras karena “kebanyakan menerima dari pendukung” menjadi boomerang yang menghantam reputasinya di tengah krisis harga pangan nasional.
Kisruh ini bukan hanya membuat Eto lengser dari jabatannya, tetapi juga memperdalam tekanan politik terhadap Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang belakangan ini terus disorot publik karena gagal mengendalikan lonjakan biaya hidup, terutama harga beras yang melambung tinggi.
“Saya Tidak Beli Beras, Dikasih Terus”: Komentar Tak Peka yang Menyulut Amarah
Komentar kontroversial Eto dilontarkan dalam sebuah acara penggalangan dana partai yang digelar akhir pekan lalu. Kala itu, ia dengan santai berkata, “Saya tidak membeli beras. Karena para pendukung saya memberikannya begitu banyak. Stok di rumah saya sudah cukup untuk dijual.”
Ucapan ini sontak menuai kritik pedas dari berbagai kalangan, terutama rakyat kecil yang tengah berjibaku menghadapi mahalnya harga beras. Meskipun Eto sempat mengklarifikasi bahwa itu hanya candaan, publik menilai pernyataannya sangat tidak empatik, apalagi ia adalah pejabat yang bertanggung jawab atas kebijakan pangan nasional.
Langkah Mundur di Tengah Sorotan Tajam
Tokyo, Jepang
Photo :
- jw-webmagazine.com
Pada Rabu pagi, Eto (64 tahun) menyerahkan surat pengunduran dirinya secara resmi kepada Perdana Menteri Ishiba, hanya beberapa jam sebelum sidang penting bersama pemimpin partai oposisi di parlemen. Partai oposisi, yang sejak awal mengecam keras ucapan tersebut, bahkan sempat mengancam akan mengajukan mosi tidak percaya bila Eto tetap bertahan di kursi menteri.
Dalam pernyataan kepada media, Eto mengaku mundur karena merasa tak pantas memimpin kementerian di tengah situasi genting seperti saat ini. “Saya bertanya kepada diri sendiri, apakah saya layak berada di posisi ini ketika rakyat sedang kesulitan membeli beras? Jawaban saya: tidak,” ujar Eto dengan nada menyesal.
Ia juga menambahkan, “Saya sekali lagi menyampaikan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya kepada masyarakat atas pernyataan saya yang sangat tidak pantas.”
Ishiba Kena Imbas, Publik Kian Tak Puas
Perdana Menteri (PM) Jepang, Shigeru Ishiba dalam pertemuan bilateral dengan Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Bogor, Jawa Barat (sumber: YouTube Sekretariat Presiden)
Photo :
- VIVA.co.id/Yeni Lestari
Pengunduran diri Eto menambah daftar panjang persoalan yang membebani pemerintahan Shigeru Ishiba. Dalam pernyataan terpisah, Ishiba menyatakan bertanggung jawab penuh atas penunjukan Eto sebagai menteri dan berjanji akan belajar dari insiden ini. “Saya menerima semua kritik. Ini adalah tanggung jawab saya sebagai pemimpin,” katanya.
Saat ini, tekanan terhadap Ishiba semakin besar. Survei terbaru dari Kyodo News menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahannya berada di titik terendah sejak ia dilantik Oktober lalu. Situasi ini diperparah oleh skandal pendanaan politik yang menghantam Partai Demokrat Liberal (LDP), partai penguasa di Jepang.
Shinjiro Koizumi Diprediksi Jadi Pengganti, Harapan Baru dari Wajah Lama
Sebagai langkah cepat menggantikan Eto, sumber dalam pemerintahan menyebut bahwa Shinjiro Koizumi (44 tahun) kemungkinan besar akan ditunjuk menjadi Menteri Pertanian yang baru. Koizumi, mantan Menteri Lingkungan Hidup dan anak dari mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi, dikenal publik luas sebagai politisi muda yang progresif dan karismatik.
Meskipun kalah dari Ishiba dalam pemilihan ketua LDP sebelumnya, Koizumi tetap menjadi salah satu kandidat kuat untuk masa depan kepemimpinan Jepang. Penunjukannya diharapkan mampu meredam kemarahan publik sekaligus membawa angin segar di kementerian yang sedang disorot tajam ini.
Harga Beras Naik Dua Kali Lipat, Rakyat Menjerit
Ilustrasi beras.
Photo :
- ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang sebelumnya telah mengumumkan pelepasan cadangan beras darurat hingga Juli dalam upaya menekan harga yang kini melonjak dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Namun, langkah ini dinilai belum cukup oleh masyarakat.
Banyak rumah tangga di Jepang mengaku belum merasakan manfaat dari kebijakan pemerintah, terutama karena kenaikan upah yang tidak sebanding dengan laju inflasi. Dalam kondisi seperti inilah komentar Eto menjadi sangat tidak pada tempatnya.
Menuju Pemilu Majelis Tinggi, Koalisi Pemerintah di Ujung Tanduk
Skandal ini meletus menjelang Pemilu Majelis Tinggi musim panas ini — kontestasi penting yang bisa menentukan nasib koalisi pemerintahan Ishiba. Tahun lalu, koalisi ini telah kehilangan kendali atas Majelis Rendah, membuat posisi mereka di parlemen menjadi tidak stabil.
Pengunduran diri Eto menjadi pukulan telak, karena ia merupakan menteri kabinet pertama yang mundur bukan akibat kekalahan dalam pemilu, melainkan karena tekanan publik atas ucapannya sendiri.
Krisis Kepercayaan di Tengah Krisis Pangan
Pengunduran diri Taku Eto menjadi simbol krisis kepercayaan yang makin dalam antara rakyat dan pemerintah Jepang. Saat rakyat berjuang memenuhi kebutuhan dasar di tengah melonjaknya harga pangan, pernyataan menteri pertanian yang dinilai arogan dan tidak peka justru memperkeruh suasana.
Kini, semua mata tertuju pada Shinjiro Koizumi dan langkah berikutnya dari pemerintahan Ishiba. Mampukah mereka mengembalikan kepercayaan rakyat? Atau justru ini awal dari kehancuran koalisi penguasa? (Antara)
Halaman Selanjutnya
Pada Rabu pagi, Eto (64 tahun) menyerahkan surat pengunduran dirinya secara resmi kepada Perdana Menteri Ishiba, hanya beberapa jam sebelum sidang penting bersama pemimpin partai oposisi di parlemen. Partai oposisi, yang sejak awal mengecam keras ucapan tersebut, bahkan sempat mengancam akan mengajukan mosi tidak percaya bila Eto tetap bertahan di kursi menteri.