Minggu, 4 Mei 2025 - 23:29 WIB
Jakarta, VIVA – Di tengah meningkatnya tantangan sosial seperti ketimpangan ekonomi, perpecahan sosial, dan menurunnya rasa empati antarmanusia, Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ) menginisiasi sebuah gerakan kemanusiaan bertajuk Gerakan Belarasa: He(art) of Compassion and Hope. Gerakan ini secara simbolis dan emosional dihidupkan melalui pementasan teater musikal bertema Mimpi Anak Pesisir, yang berlangsung pada Sabtu, 3 Mei 2025, di Museum Nasional, Jakarta.
Berangkat dari semangat lintas iman dan lintas budaya, Gerakan Belarasa dirancang sebagai wadah solidaritas untuk memulihkan nilai-nilai kemanusiaan secara menyeluruh. Rangkaian acara dibuka dengan Doa Bersama Lintas Agama yang mencerminkan kekuatan spiritualitas kolektif dalam menyatukan kembali harapan dan kepedulian sosial. Scroll lebih lanjut ya.
“Gerakan Belarasa merupakan panggilan moral dan spiritual, sebuah ajakan untuk melihat kembali wajah kemanusiaan kita dalam cermin belarasa,” ungkap P. Adrianus Suyadi, SJ, Direktur LDD KAJ.
Puncak acara berlangsung melalui pertunjukan musikal Mimpi Anak Pesisir, sebuah karya kolaboratif dan inklusif yang merepresentasikan bagaimana seni bisa menjadi medium penyambung empati, harapan, dan kemanusiaan. Tidak seperti pementasan pada umumnya, pertunjukan ini melibatkan anak-anak dari komunitas pesisir serta penyandang disabilitas sebagai pemeran utama.
Aktor sekaligus produser Tanta Ginting, yang memimpin pementasan, mengungkapkan bahwa ide awal melibatkan anak-anak pesisir muncul dari keinginan untuk menampilkan kisah dengan kejujuran emosi yang autentik. “Pertama kali tahu topiknya tentang isu sosial anak-anak pesisir, aku langsung kasih ide kenapa nggak mereka aja yang main,” tuturnya.
Meski semula hanya direncanakan untuk melibatkan 10 anak, jumlah peserta melonjak menjadi 36 orang karena antusiasme tinggi dari masyarakat.
Pementasan ini turut menghadirkan kontribusi penting dari Rusmedie Agus sebagai sutradara teater dan Ava yang menangani aspek musikal. Kolaborasi ini menghasilkan pertunjukan yang menyentuh hati dengan lagu-lagu penuh makna seperti Lilin Kecil, Merajut Mimpi, dan Manusia Kuat. Gabriel Harvianto bersama para pemeran cilik tampil dengan penghayatan penuh, menyampaikan pesan tentang keteguhan hati dan harapan di tengah keterbatasan.
Pertunjukan Musikal Mimpi Anak Pesisir
Muara Bungin, sebuah wilayah pesisir yang terdampak abrasi, dijadikan sebagai latar cerita utama. Wilayah ini sekaligus menjadi simbol perjuangan masyarakat marginal untuk bangkit dan berdaya.
“Kita buat pendampingan, sosial ekonomis, kita ajarkan mereka memproduksi makanan, baju, dan lain sebagainya agar bisa berdiri di kaki sendiri,” jelas Ernest Theodore, ketua panitia acara sekaligus perwakilan LDD KAJ.
Dengan tiket masuk berbentuk donasi sebesar Rp30 ribu, pengunjung tidak hanya menyaksikan pertunjukan teater dan pemutaran film dokumenter, namun juga berpartisipasi langsung dalam gerakan solidaritas kemanusiaan. Rangkaian acara berlangsung sejak pukul 10.00 hingga 19.00 WIB dan mencakup berbagai kegiatan edukatif, seperti dialog publik bertema belarasa serta bazar komunitas.
Halaman Selanjutnya
Pementasan ini turut menghadirkan kontribusi penting dari Rusmedie Agus sebagai sutradara teater dan Ava yang menangani aspek musikal. Kolaborasi ini menghasilkan pertunjukan yang menyentuh hati dengan lagu-lagu penuh makna seperti Lilin Kecil, Merajut Mimpi, dan Manusia Kuat. Gabriel Harvianto bersama para pemeran cilik tampil dengan penghayatan penuh, menyampaikan pesan tentang keteguhan hati dan harapan di tengah keterbatasan.