Pentingnya Pengenalan Keamanan Pangan sejak Jenjang Pendidikan Dasar

5 hours ago 2

Kamis, 15 Mei 2025 - 04:20 WIB

VIVA – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang baru saja digulirkan pemerintah merupakan langkah positif dalam memperbaiki kualitas gizi generasi penerus masa depan. Namun, sejumlah insiden keracunan makanan massal yang terjadi setelah peluncuran program ini menyoroti satu aspek penting yang belum sepenuhnya tertangani, yakni keamanan pangan.

Keamanan pangan adalah segala upaya dan kondisi yang memastikan bahwa makanan yang kita makan tidak akan menyebabkan sakit atau membahayakan kesehatan sehingga aman untuk dikonsumsi. Setiap kali kasus keracunan makanan mencuat, perhatian publik meningkat.

Namun, perhatian tersebut cenderung bersifat sementara. Tak lama kemudian, isu ini mereda dan kembali tenggelam, seolah menanti peristiwa serupa untuk menjadi sorotan kembali. Padahal, keamanan pangan merupakan salah satu dari sekian prasyarat untuk mewujudkan ketahanan pangan, dan seharusnya menjadi bagian penting dalam proses pendidikan masyarakat, termasuk melalui jalur formal.

Keamanan sebagai Prasyarat Utama

Kasus keracunan makanan dan gangguan kesehatan lain akibat konsumsi pangan yang tidak aman bukanlah hal baru. Jauh sebelum hadirnya program MBG, kejadian serupa kerap ditemukan dalam konteks jajanan sekolah maupun sajian di berbagai kegiatan masyarakat, seperti hajatan. Pola berulang ini mengindikasikan adanya persoalan sistemik yang belum terselesaikan secara tuntas. 

Pengawasan atau inspeksi semata tidak cukup menjawab tantangan ini. Diperlukan pendekatan yang lebih menyeluruh dan berakar pada peningkatan kesadaran serta perubahan perilaku masyarakat. Keamanan pangan sejatinya telah diatur dalam regulasi nasional. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan menegaskan tanggung jawab negara untuk menjamin bahwa pangan yang dikonsumsi masyarakat aman. 

Namun, dalam praktiknya, implementasi regulasi ini belum menyentuh akar masalah, yaitu rendahnya literasi keamanan pangan di kalangan masyarakat luas. Ironisnya, isu ini masih kerap dianggap semata sebagai urusan teknis yang menjadi tanggung jawab pelaku usaha atau institusi tertentu. 

Belajar dari Negara Lain

Beberapa negara telah menunjukkan bahwa pendidikan adalah jalan efektif dalam membangun kesadaran kolektif mengenai keamanan pangan. Inggris dan Australia, misalnya, telah mengintegrasikan topik keamanan pangan ke dalam kurikulum sekolah. Anak-anak diajarkan untuk mengenali makanan yang aman, memahami pentingnya kebersihan dalam penanganan dan penyimpanan pangan, serta mengembangkan sikap kritis terhadap konsumsi pangan mereka.

Di Indonesia, terdapat inisiatif serupa, seperti program Klub POMPI yang dikembangkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sejak 2013. Namun, program ini masih bersifat sukarela dan belum terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional. Tanpa dukungan kebijakan yang kuat, upaya edukatif semacam ini sulit mencapai cakupan dan dampak yang luas.

Ketiadaan pendidikan formal mengenai keamanan pangan pada jenjang dasar dan menengah juga memiliki dampak jangka panjang. Selain memengaruhi pola konsumsi sehari-hari, hal ini turut berdampak pada kesiapan generasi muda memasuki dunia kerja pada sektor terkait pangan, termasuk bisnis retail dan kuliner, yang jumlahnya tidak sedikit. 

Banyak pelaku usaha kecil dan mikro harus mengikuti pelatihan tambahan untuk memahami standar keamanan pangan—sebuah proses yang sebetulnya bisa lebih efisien jika prinsip-prinsip dasar keamanan pangan telah diajarkan sejak bangku sekolah.

Mencegah Kerugian yang Terus Berulang

Dampak dari keracunan makanan tidak berhenti pada aspek kesehatan. Kerugian ekonomi akibat kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan juga signifikan. Studi yang dilakukan pada tahun 2021 mencatat bahwa kerugian akibat KLB keracunan makanan di Indonesia melampaui angka seratus miliar rupiah.

Angka ini mencerminkan beban yang ditanggung masyarakat dan negara akibat lemahnya sistem pencegahan.Mengintegrasikan pendidikan keamanan pangan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Selain memperbaiki status kesehatan masyarakat, hal ini juga berdampak pada terbentuknya perilaku bertanggung jawab dalam mengelola makanan—termasuk mencegah pemborosan (food waste) karena salah penyimpanan atau penanganan pangan yang tidak tepat.

Generasi yang memahami pentingnya keamanan pangan akan tumbuh menjadi konsumen yang bijak serta pelaku usaha yang kompeten dan bertanggung jawab. Mereka akan menjadi bagian dari siklus positif yang memperkuat sistem pangan nasional, dengan menekan risiko kesehatan sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.

Penutup

Keracunan makanan dan gangguan kesehatan akibat konsumsi pangan yang tidak aman seharusnya tidak lagi dianggap sebagai insiden sesaat. Fenomena ini menunjukkan adanya kegagalan sistemik dalam membangun budaya keamanan pangan sejak usia dini.

Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia menempatkan pendidikan keamanan pangan sebagai salah satu prioritas dalam kurikulum pendidikan nasional. Langkah ini tidak hanya penting untuk melindungi generasi muda dari risiko kesehatan, tetapi juga sebagai akselerator untuk terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Seperti disampaikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), “Food safety is everyone’s business.” 

Keamanan pangan bukan sekadar urusan instansi pemerintah atau pelaku usaha, melainkan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Dan tanggung jawab itu sebaiknya dimulai dari ruang kelas. Kasus keracunan makanan program MBG tanda lemahnya perhatian kepada keamanan pangan. Konsep pangan yang aman perlu dikenalkan sejak dini untuk cegah masalah berulang.

Kurnia Ramadhan 
(Dosen Universitas Bakrie, pengurus Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia)

Halaman Selanjutnya

Beberapa negara telah menunjukkan bahwa pendidikan adalah jalan efektif dalam membangun kesadaran kolektif mengenai keamanan pangan. Inggris dan Australia, misalnya, telah mengintegrasikan topik keamanan pangan ke dalam kurikulum sekolah. Anak-anak diajarkan untuk mengenali makanan yang aman, memahami pentingnya kebersihan dalam penanganan dan penyimpanan pangan, serta mengembangkan sikap kritis terhadap konsumsi pangan mereka.

Halaman Selanjutnya

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |