Pengakuan Mengejutkan Eveline Sanita sebelum Putuskan Mundur dari PSBS Biak

8 hours ago 3

Kamis, 15 Mei 2025 - 08:35 WIB

VIVA – Awan kelabu menyelimuti langit PSBS Biak. Di tengah sorotan prestasi yang kian bersinar, muncul kabar mengejutkan: Eveline Sanita Injaya, sang Presiden Direktur yang menjadi simbol kebangkitan klub, memutuskan mundur.

Langkah ini tak sekadar berita. Ini dentuman di langit yang tadinya cerah. Eveline, sosok yang dikenal teguh dan visioner, tak lagi mampu menahan riuh yang membuncah di balik layar klub kebanggaan Papua itu.

Masuk di pertengahan musim Liga 1 2024/2025, Eveline membawa angin segar. Bersama tangannya, PSBS Biak—klub promosi dari Liga 2—melonjak ke papan atas. Lima kemenangan, tujuh imbang, dan hanya tiga kekalahan menjadi bukti bahwa Badai Pasifik tak sekadar nama. Mereka nyata mengguncang. Kini, dua laga tersisa kontra Arema FC dan Dewa United menjadi bab penutup dari drama ini.

Namun, di balik gemerlap hasil di lapangan, ada bara yang menyala di dalam manajemen. Eveline, dengan mata yang mulai lelah namun sorotnya masih tegas, mengungkap kegaduhan yang mengguncang fondasi klub.

Saya merasa seperti ada dua manajemen dalam satu kapal. Dan kapal ini terus berbenturan arah,"* ucap Eveline.

 Kalimat yang sederhana, namun sarat makna. Sebuah potret konflik internal yang selama ini hanya jadi bisik-bisik di lorong stadion.

Puncaknya, sang nahkoda memutuskan turun dari kapal. Bukan karena badai dari lawan, tapi karena gelombang dari dalam. Eveline mengaku tak leluasa menjalankan peran. 

Intervensi, tarik ulur dana, hingga keputusan yang selalu dibayang-bayangi kepentingan lain membuatnya harus memilih: bertahan dan kehilangan integritas, atau pergi dengan kepala tegak.

"Saya tidak bisa bekerja nyaman. Dana terhenti, keputusan saya dibatasi. Ini bukan lagi tentang jabatan. Ini soal harga diri dan tanggung jawab,"tegasnya.

Drama belum berhenti. Rapat Umum Pemegang Saham yang seharusnya menjadi titik terang, justru dibatalkan mendadak. Sebuah langkah yang makin memperkeruh suasana.

"Kami sudah siap. Tapi H-2, salah satu pemegang saham minoritas memutuskan membatalkannya. Saya tak bisa lagi melihat masa depan klub ini dengan jelas,"kata Eveline

Namun, di tengah reruntuhan itu, Eveline tetap menaruh hormat. Kepada para pemain, pelatih, dan staf. Kepada Fabiano Beltrame dan kolega yang tetap profesional meski gaji sempat tertunda, meski bonus belum jelas.

"Saya bangga kepada mereka. Mereka tetap berjuang, bukan untuk nama di punggung, tapi untuk lambang di dada. Demi PSBS, demi Papua," ucap ibu tiga anak itu, mengakhiri wawancara dengan suara bergetar.

Kini, mata publik tertuju pada dua laga terakhir. Bukan hanya soal poin, tapi soal perpisahan. Eveline Sanita Injaya akan menutup babnya bersama PSBS Biak, tidak dengan kekalahan, tapi dengan keberanian untuk berkata: cukup.

Dan saat peluit panjang berbunyi di akhir musim nanti, satu hal akan tetap abadi, PSBS Biak berhasil bertahan.

Halaman Selanjutnya

"Saya tidak bisa bekerja nyaman. Dana terhenti, keputusan saya dibatasi. Ini bukan lagi tentang jabatan. Ini soal harga diri dan tanggung jawab,"tegasnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |