Jakarta, VIVA – Baru-baru ini, sebuah mobil listrik BYD Seal yang sedang terparkir selama tiga hari di Palmerah, Jakarta Barat, tiba-tiba mengeluarkan asap disertai suara ledakan.
Meskipun mobil ini menggunakan blade battery, jenis baterai yang diklaim lebih aman daripada lithium-ion, insiden tersebut berpotensi memunculkan kembali kekhawatiran publik soal keamanan mobil listrik, khususnya terkait potensi masalah pada sistem kelistrikan atau baterai.
Dilansir VIVA dari laman edmunds, mobil listrik disebutkan lebih aman dibandingkan mobil berbahan bakar bensin.
Tidak seperti mobil konvensional/internal combustion engine (ICE) yang membawa bahan bakar sangat mudah terbakar, mobil listrik tidak memiliki tangki bensin.
Namun, mobil listrik menggunakan baterai berkapasitas besar yang sangat sensitif terhadap kerusakan fisik maupun kesalahan pengisian daya.
Ilustrasi Mobil Listrik
Photo :
- freepik.com/frimufilms
Salah satu penyebab paling umum terjadinya kebakaran pada kendaraan listrik adalah kerusakan pada baterai, khususnya akibat benturan keras.
Dalam kasus tertentu, sel baterai bisa pecah dan memicu reaksi kimia yang menyebabkan panas ekstrem.
Proses ini disebut thermal runaway, yakni kondisi di mana reaksi kimia berlangsung tanpa kendali, menghasilkan suhu tinggi yang dapat menyebabkan api menjalar dengan cepat ke seluruh paket baterai.
Selain kerusakan fisik, pengisian daya yang tidak seimbang atau sistem manajemen baterai yang bermasalah juga bisa memicu kondisi serupa.
Oleh karena itu, desain baterai dan sistem pendingin yang baik sangatlah penting.
Kemudian untuk menghindari panas berlebih, mobil listrik modern menggunakan sistem pendinginan aktif.
Beberapa model murah atau lama masih menggunakan pendinginan pasif berbasis udara, sedangkan mobil listrik kelas atas umumnya memakai sistem pendingin cair, mirip dengan radiator pada mobil bensin.
Pendinginan ini bertugas menjaga suhu sel tetap stabil, terutama saat pengisian daya cepat atau penggunaan dalam kondisi ekstrem.
Perlu diketahui, tidak semua mobil listrik menggunakan jenis baterai yang sama. Baterai lithium-ion memang paling umum digunakan karena kapasitas energinya tinggi, tetapi ada juga teknologi lain seperti baterai LFP (lithium iron phosphate) dan Blade Battery, yang dirancang lebih tahan terhadap kerusakan struktural dan suhu ekstrem.
Kendati demikian, semua jenis baterai tetap harus dikelola dengan benar agar tidak membahayakan.
Meski berita tentang kebakaran mobil listrik terdengar mengkhawatirkan, data global menunjukkan bahwa insiden seperti itu sebenarnya sangat jarang terjadi.
Sebuah laporan dari Swedia mencatat bahwa dari sekitar 611.000 mobil listrik, hanya sekitar 20 kasus kebakaran tercatat setiap tahun dalam tiga tahun terakhir.
Bandingkan dengan mobil bensin sebanyak 4,4 juta unit, yang mengalami sekitar 3.400 kebakaran per tahun pada periode yang sama.
Studi serupa dari Australia melalui EV FireSafe juga menyebutkan bahwa risiko baterai mobil listrik terbakar hanya sekitar 0,0012%, jauh lebih rendah dibanding mobil berbahan bakar fosil yang mencapai sekitar 0,1%.
Halaman Selanjutnya
Dalam kasus tertentu, sel baterai bisa pecah dan memicu reaksi kimia yang menyebabkan panas ekstrem.