Washington, VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin tak siap mengakhiri perang di Ukraina karena merasa yakin akan menang. Trump mengetahui itu saat bicara melalui telepon dengan sejumlah pemimpin Eropa pada Senin, 19 Mei 2025.
Hal tersebut disampaikan oleh tiga sumber yang mengetahui percakapan Trump dengan beberapa pemimpin Eropa tersebut.
Menurut Wall Street Journal (WSJ), para pemimpin Eropa baru mendengar pertama kali dari Trump soal Putin. Sebab, pengakuan Trump itu berbeda dengan sebelumnya yang menyebut Putin ingin perdamaian di Ukraina.
Meski Trump menerima gagasan Putin, tak pemimpin Kremlin itu tak siap untuk perdamaian.
VIVA Militer: Vladimir Putin dan Donald Trump
Adapun panggilan telepon sejumlah pemimpin Eropa pada beberapa hari lalu itu melibatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz. Lalu, ada Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Melansir dari ANews, Jumat 23 Mei 2025, Trump juga sudah melakukan panggilan telepon sebelumnya dengan para pemimpin Eropa pada Minggu, 18 Mei 2025. Hal itu dilakukan Trump sebelum percakapannya selama dua jam dengan Putin pada Senin.
Menurut sumber tersebut, Trump mengindikasikan saat itu ia bisa menjatuhkan sanksi jika Putin menolak gencatan senjata. Namun, pada Senin, sikap Trump berubah lagi.
"Ia tidak siap untuk melakukan itu. Sebaliknya, Trump mengatakan ia ingin segera melanjutkan pembicaraan tingkat rendah antara Rusia dan Ukraina di Vatikan," demikian menurut sumber itu.
WSJ mengatakan serangan diplomatik Eropa yang dimulai sekitar 10 hari sebelumnya pada akhirnya tak berhasil membuat Trump menekan Putin melalui sanksi tambahan. Tapi, proses tersebut membantu memperjelas bagi semua orang termasuk Trump bahwa siakp Putin jelas tak bersedia menghentikan perang di Ukraina.
Halaman Selanjutnya
Menurut sumber tersebut, Trump mengindikasikan saat itu ia bisa menjatuhkan sanksi jika Putin menolak gencatan senjata. Namun, pada Senin, sikap Trump berubah lagi.