Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut, pemerintah masih bisa menahan dampak ekonomi akibat tarif resiprokal yang diberikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebesar 32 persen ke Indonesia.
Airlangga mengatakan, hal itu dikarenakan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat hanya 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh dibandingkan Vietnam yang mencapai 33 persen.
"Ekspor kita ke Amerika itu hanya 2,2 persen dari kita punya PDB pak. Berbeda dengan Vietnam 33 persen PDB mereka tergantung daripada ekspor," ujar Airlangga dalam Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa, 8 April 2025.
Minimnya ekspor Indonesia ke AS ini dikatakan Airlangga, membuat pemerintah masih bisa menahan dampak tarif impor ke perekonomian dalam negeri.
"Sehingga dengan demikian kita bisa menahan akibat terhadap perekonomian kita. Jadi Amerika bukan satu-satunya market yang membuat kita susah. Kita bisa antisipasi ini Pak Presiden," tegasnya.
Airlangga menjelaskan, Indonesia paling banyak melakukan ekspor dengan China sebesar US$60 miliar, kedua AS sebesar US$26 miliar, dan India senilai US$20 miliar.
"Nah tentu kita bisa membuka market lain di luar Amerika. Nah, jangka pendek daya beli yang kita sudah lakukan adalah dengan program Bansos," katanya.
IHSG Parkir di Level 5.996 saat Penutupan Pasar, 5 Saham Catat Kenaikan Pesat
IHSG terkoreksi 7,90 persen atau 514,47 poin saat penutupan perdagangan pada Selasa, 8 April 2025. Di tengah IHSG yang terbakar, sederet saham catat lonjakan pesat.
VIVA.co.id
8 April 2025