Jakarta, VIVA – Denny JA Foundation resmi meluncurkan dana abadi penghargaan penulis, sebuah terobosan baru dalam dunia filantropi kebudayaan Indonesia.
Program ini dirancang sebagai bentuk penghargaan berkelanjutan kepada penulis dari berbagai daerah, latar belakang, dan genre, dengan semangat memperkuat suara-suara dari pinggiran yang selama ini kurang terdengar.
Berangkat dari inspirasi nyata—kisah Abi Daré, penulis Nigeria peraih Climate Fiction Prize, dan Yasmin Zaher, penulis Palestina pemenang Dylan Thomas Prize, Denny JA Foundation melihat bagaimana penghargaan sastra bukan sekadar simbol, tetapi motor perubahan sosial dan kultural.
Pada tahun 2024, empat penghargaan telah diberikan yakni lifetime achievement award kepada Ahmad Tohari, penulis yang mengangkat suara rakyat kecil Indonesia, kategori fiksi kepada Esther Haluk, penyair Papua yang menulis tentang luka dan harapan tanah kelahirannya, kategori nonfiksi kepada Murdiono Mokoginta dari Bolmong, yang menulis ulang sejarah lokal, dan kategori puisi esai internasional kepada Jasni Matlani dari Malaysia, pelopor puisi esai di Asia Tenggara.
Setiap penghargaan disertai sertifikat dan dana tunai yaitu Rp 50 juta untuk Lifetime Achievement, dan Rp 35 juta untuk kategori lainnya.
Program ini disalurkan melalui tiga komunitas yaitu Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Lembaga Kreator Era AI, dan Komunitas Puisi Esai.
Menurut Denny JA, penulis adalah penjaga kata, dan kata adalah senjata sunyi revolusi manusia. Di era digital yang cepat dan dangkal, penghargaan seperti ini adalah oksigen bagi karya tulis yang mendalam.
"Berbeda dari penghargaan lain yang kerap bergantung pada anggaran tahunan atau tokoh karismatik, dana abadi penghargaan penulis dibangun dengan model keberlanjutan," ujar Denny dalam keterangan tertulisnya, Rabu 21 Mei 2025.
Denny JA menyisihkan saham dari bisnis pribadi untuk menopang kegiatan sastra dan spiritualitas lintas iman di kampus secara permanen.
“Warisan sejati bukan saldo abadi atau bangunan tinggi, tapi nyala yang terus hidup dalam diri para penulis, bahkan ketika lampu dunia padam,” ungkap Denny.
Yang membuat program ini istimewa adalah fokusnya pada keadilan estetik dan simbolik. Para penerima penghargaan bukanlah selebritas sastra metropolitan, melainkan mereka yang menulis dari desa, dari pinggiran, dari ruang-ruang sunyi yang penuh makna.
Denny JA Foundation membuka harapan bahwa filantropi budaya di Indonesia bisa tumbuh kokoh. "Hal ini tidak hanya sebagai kegiatan musiman, tetapi sebagai pohon yang ditanam untuk generasi yang belum lahir," katanya.
Halaman Selanjutnya
Menurut Denny JA, penulis adalah penjaga kata, dan kata adalah senjata sunyi revolusi manusia. Di era digital yang cepat dan dangkal, penghargaan seperti ini adalah oksigen bagi karya tulis yang mendalam.