Jakarta, VIVA – Pengusaha sekaligus content creator, Grace Tahir, membagikan pengalamannya memiliki karyawan dari generasi Z (Gen Z) yang disebut-sebut kerap menyulitkan perusahaan karena etos kerja yang buruk. Ia pun memprediksi akan diserang oleh kalangan Gen Z usai mengunggah konten ini.
"Gua pasti di-attack oleh gen Z yang menonton video ini," tutur Grace Tahir dalam unggahan TikTok-nya yang dikutip pada Minggu, 30 Maret 2025.
Anak pendiri Mayapada Grup ini bukan satu-satunya yang menghadapi kesulitan dalam memahami cara dan alur kerja karyawan Gen Z. Salah satu akun gosip populer, Lambe Turah, pun mengalami nasib yang sama.
"Lambe Turah juga up masalah Gen Z dan problem mereka di tempat kerja. Contohnya adalah masalah kurang motivasi, kurang profesionalisme, komunikasi yang buruk dan lain sebagainya," imbuh Grace.
Grace Tahir Bongkar Tipe Karyawan Penjilat
Photo :
- Youtube Kumpul Leaders
Dalam videonya, Grace membagikan tangkapan layar percakapannya dengan salah satu karyawan yang bertanggung jawab mengelola akun Instagram yayasan miliknya. Dalam chat tersebut, Grace bertanya mengapa akun Instagram yayasan terlihat tidak aktif.
"Aktif dong, tapi jarang upload Bu," jawab karyawan dengan santai.
Jawaban ini membuat Grace bingung. Baginya, jika akun jarang mengunggah konten, maka sulit dikatakan bahwa akun tersebut benar-benar aktif. Apalagi, setelah dicek, unggahan terakhir dilakukan pada 7 Juni, jauh dari kata aktif yang sebelumnya diklaim oleh pegawainya.
"Gua agak bingung jadi kalau lu bilang aktif tapi jarang upload maksudnya tuh aktifnya apa?," ucap Grace.
Kemudian, Grace Tahir mengirim tangkapan layar dari unggahan terakhir akun Instagram tersebut. Di mana unggahan tersebut mengenai event "Bandung Orchestra Festival".
Lebih lanjut, karyawan tersebut juga menyebut bahwa ada video yang belum diunggah karena ukuran file yang terlalu besar. Menurut Grace, hal tersebut tidak bisa dibenarkan karena saat ini sudah banyak aplikasi gratis seperti CapCut dan Canva yang bisa membantu mengecilkan ukuran file video.
"Terus kalau lu bilang filenya kegedean sekarang tuh banyak banget free tools kayak CapCut, Canva yang bisa bantu meng-reduce size-nya kok untuk sosmed nggak susah dan semua gratis. Bisa belajar juga nggak susah banget, gue juga belajar sendiri kok nggak ikut kelas," tuturnya.
Ia juga menyoroti bahwa tidak harus selalu bergantung pada event besar untuk tetap aktif. Menurutnya, hal-hal sederhana seperti memberikan ucapan selamat atas momen penting, seperti pelantikan presiden, bisa menjadi bagian dari strategi agar akun tetap relevan dan menarik bagi audiens.
"So guys, sorry ya. Gen Z kalau nonton video ini jangan ke-trigger, jangan marah. Tapi ini pengalaman pribadi gue. Gue ngerti kenapa Lambe Turah bahas ini, dan ini memang kejadian nyata," tutupnya.
Pengalaman Grace Tahir pun memicu reaksi beragam dari warganet.
“Aku Gen z aku setuju,” tulis netizen.
“Iya bner ga semua si. cuma kebanyakan begitu,” imbuh netizen lain.
“Tapi ngga semua gen z seperti ini bu grace ????,” sanggah warganet.
“Tapi masalahnya ageism in job vacancy is real, Bu. 30+ single yg banyak pengalaman, kalah dengan (usia) Gen Z,” tulis yang lainnya.
“Tapi di loker maksimal usia 28 tahun bu. Apalagi dibidang creative gini, pasti pada milih yg lebih muda, selain bisa bayarannya lebih murah, trus lebih melek dan up to date digital katanya. kita yg 30 tahun keatas ga dikasih kesempatan, jadi yaa gitulah ????,” komentar netizen lain.
Melalui pengalaman Grace dapat disimpulkan bahwa profesionalisme dalam berkomunikasi dan bekerja sangat penting, terutama dalam lingkungan kerja formal. Gen Z seyogyanya memahami pentingnya komunikasi yang jelas, etika dalam berkirim pesan kepada atasan, serta memiliki inisiatif dalam menjalankan tugas tanpa harus selalu menunggu instruksi.
Halaman Selanjutnya
Kemudian, Grace Tahir mengirim tangkapan layar dari unggahan terakhir akun Instagram tersebut. Di mana unggahan tersebut mengenai event "Bandung Orchestra Festival".