VIVA – Ratusan aduan dari jemaah haji Indonesia soal layanan akomodasi, transportasi, barang hilang, hingga kesehatan telah diterima dan ditindaklanjuti petugas melalui dua kanal komunikasi resmi: Aplikasi Kawal Haji dan Whatsapp Center. Dalam sepekan terakhir, lebih dari 250 pertanyaan dan keluhan telah ditangani oleh tim Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi.
“Dalam sepekan terakhir, ada 153 pertanyaan yang masuk melalui WA Center dan 103 lainnya melalui aplikasi Kawal Haji,” ujar Edayanti, penanggung jawab pengelolaan WA Center dan Kawal Haji, di Jeddah, Selasa (20/5/2025).
Tim pengelola saluran aduan WA Center dan Kawal Haji pada PPIH Arab Saudi 2025
Seluruh aduan ini berkaitan dengan berbagai persoalan di lapangan, mulai dari penginapan yang tidak sesuai, jemaah yang terpisah rombongan, barang bawaan yang tertinggal atau hilang, hingga keluhan seputar akses transportasi dan kondisi kesehatan. Laporan juga datang dari pihak keluarga jemaah di Indonesia yang menanyakan kabar kerabat mereka.
“Setiap pertanyaan yang masuk, petugas berupaya langsung menjawabnya. Jika membutuhkan tindak lanjut di lapangan, maka segera disalurkan ke penanggung jawab layanan baik di Daker Bandara, Daker Madinah, maupun Daker Makkah,” jelas Edayanti.
Untuk kasus medis, tim segera meneruskan informasi ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) agar bisa dilakukan penanganan cepat. Sementara untuk aduan terkait kartu Nusuk, prosesnya dikoordinasikan dengan pihak Syarikah selaku pemegang kewenangan.
Layanan ini dijalankan dari Kantor Urusan Haji (KUH) KJRI Jeddah, dengan enam petugas yang bekerja dalam dua shift. Mereka ditugaskan menjawab semua pertanyaan dan melakukan koordinasi antarunit layanan haji.
“Alhamdulillah, lebih dari 75% dari pertanyaan yang masuk sudah kita tindaklanjuti hingga selesai. Masih ada 25% pertanyaan yang sifatnya aktif karena masih dalam proses verifikasi dan konfirmasi ke unit layanan terkait agar bisa segera diselesaikan. Tindak lanjut dari pertanyaan yang masuk sangat tergantung dari keakuratan informasi yang diberikan,” paparnya.
Edayanti menegaskan bahwa keberadaan dua kanal komunikasi ini bukan sekadar sarana pengaduan, tapi menjadi penghubung penting antara jemaah dan petugas.
“Melalui dua saluran komunikasi ini, kami ingin berkontribusi sebagai jembatan informasi jemaah dan petugas agar proses layanan terus membaik,” tandasnya.
Halaman Selanjutnya
“Alhamdulillah, lebih dari 75% dari pertanyaan yang masuk sudah kita tindaklanjuti hingga selesai. Masih ada 25% pertanyaan yang sifatnya aktif karena masih dalam proses verifikasi dan konfirmasi ke unit layanan terkait agar bisa segera diselesaikan. Tindak lanjut dari pertanyaan yang masuk sangat tergantung dari keakuratan informasi yang diberikan,” paparnya.