IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi RI Jadi 4,7 Persen, Istana: Gak Masalah, Kita Percaya Diri

3 hours ago 1

Rabu, 30 April 2025 - 11:30 WIB

Jakarta, VIVA – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi angkat bicara soal International Monetary Fund (IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen pada tahun 2025 atau lebih rendah dari sebelumnya yang sebesar 5,1 persen. 

Prasetyo menilai sah-sah saja jika IMF memprediksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti itu. Meski demikian, dia menekankan, pemerintah Indonesia tetap optimis.

"Saya kira itu sah-sah saja, ada lembaga yang memberikan penilaian atau proyeksi pertumbuhan terhadap ekonomi bangsa kita," kata Prasetyo kepada wartawan, Rabu, 30 April 2025.

Dia menjelaskan, pemerintah Indonesia terus optimis mengingat pondasi ekonomi cukup kuat dan stabil berdasarkan laporan dari Menko bidang Ekonomi Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani

Di sisi lain, dia juga menyebut tingkat pertumbuhan ekonomi, inflasi, konsumsi rumah tangga hingga iklim investasi di Indonesia cukup terjaga sejauh ini.

"Terbukti dengan tercapainya target investasi di triwulan pertama," ujarnya.

"Di satu sisi secara intensif kita semua pemerintah juga terus berusaha untuk menawarkan kerjasama, kerjasama investasi dengan diikuti mempermudah, mempelajari kembali regulasi-regulasi yang sekiranya dapat memperlambat proses-proses investasi kita," kata Prasetyo menambahkan.

Maka dari itu, dia menilai pemerintah Indonesia tak masalah dengan proyeksi dari IMF. Dia yakin, pertumbuhan ekonomi akan berjalan baik dengan adanya kerjasama antara pemerintah dengan semua pihak.

"Jadi tidak ada masalah kalau ada pandangan dari IMF, tapi kita percaya diri, kita yakin dengan kerjasama semua pihak. Mari kita bersama-sama kita bangun ekonomi kita ke depan dengan penuh optimisme," kata dia.

Sebelumnya diberitakan, International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen pada tahun 2025. Angka ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 5,1 persen.

Hal ini tertuang dalam laporan terbaru World Economic Outlook April 2025. Pemangkasan proyeksi ini mencerminkan bahwa tekanan eksternal meningkat, akibat ketegangan perdagangan global dan pelemahan permintaan dunia.

Untuk pertumbuhan di negara berkembang dan negara berkembang Asia diperkirakan, akan menurun menjadi 4,5 persen pada tahun 2025 dan 4,6 persen pada tahun 2026. 

"Negara-negara Asia yang sedang berkembang, khususnya negara ASEAN, telah menjadi salah satu yang paling terpengaruh oleh tarif April," tulis laporan itu dikutip Rabu, 23 April 2025.

IMF pun menyoroti, aktivitas manufaktur terus bergeser dari negara maju ke negara berkembang. Aktivitas manufaktur telah berkembang ke negara-negara kecil di Uni Eropa dan ASEAN-5.

"Produksi telah melonjak di Cina dan juga telah berkembang di negara-negara kecil di Uni Eropa dan ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand)," jelasnya.

Halaman Selanjutnya

"Jadi tidak ada masalah kalau ada pandangan dari IMF, tapi kita percaya diri, kita yakin dengan kerjasama semua pihak. Mari kita bersama-sama kita bangun ekonomi kita ke depan dengan penuh optimisme," kata dia.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |