Jakarta, VIVA – Pemerintah Indonesia berencana menambah impor energi dari Amerika Serikat (AS). Kebijakan ini dilakukan sebagai tawaran negosiasi atas tarif timbal balik yang dikenakan Presiden AS Donald Trump sebesar 32 persen ke Indonesia.
Merespons hal ini, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan Indonesia melakukan impor komoditas migas dari AS selama periode Januari-Maret 2025. Impor ini di antaranya untuk komoditas minyak mentah, bahan baku LPG, dan hasil minyak.
"Saat ini catatan kami, untuk impor komoditas-komoditas migas dari AS selama Januari-Maret 2025 adalah pertama minyak mentah senilai US$138,9 juta, bahan baku LPG sebesar US$656,4 juta, dan hasil minyak US$659,4 juta," ujar Amalia dalam konferensi pers di kantornya, Senin, 21 April 2025.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti
Photo :
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Namun, Amalia mengatakan Indonesia pada periode Januari-Maret 2025 tidak melakukan impor gasoline atau bensin dari negara Paman Sam. "Sebagai catatan, Indonesia tidak mengimpor gasoline dari AS," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari Amerika Serikat, sebagai tawaran atas tarif Trump.
"Dari pembahasan tadi, ada beberapa hal yang diusulkan oleh Indonesia seperti yang sudah disampaikan di dalam surat resmi, bahwa Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari Amerika Serikat, antara lain LPG, kemudian juga crude oil, dan gasolin," kata Airlangga dalam telekonferensi pers, Jumat, 18 April 2025.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan impor minyak yang mau dilakukan senilai 10 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 168,2 triliun.
“Saya rapat dengan bapak Presiden untuk memastikan komoditas apa saja yang akan kita lakukan, impor tambahan dari US dalam rangka membuat keseimbangan neraca perdagangan kita,” kata Bahlil kepada wartawan, dikutip pada Jumat, 18 April 2025.
Bahlil menyampaikan dengan mengedepankan keseimbangan neraca dagang, pemerintah akan melakukan impor sejumlah komoditas. Mulai dari gas elpiji, minyak, hingga bbm akan dibeli dari AS untuk menyelaraskan neraca dagang.
“Dan salah satu strategi untuk kita membuat keseimbangan adalah kita membeli LPG, crude, dan BBM dari Amerika. Nilainya untuk bisa memberikan keseimbangan terhadap neraca perdagangan kita,” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan impor minyak yang mau dilakukan senilai 10 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 168,2 triliun.