Mandalay, VIVA – Petugas penyelamat di Mandalay, Myanmar, berjuang keras mengevakuasi warga yang terjebak di bawah reruntuhan setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang kota terbesar kedua di negara itu pada Jumat, 28 Maret 2025.
Gempa yang sangat kuat ini menyebabkan banyak bangunan roboh, jembatan hancur, serta jalanan retak dan tidak bisa dilalui. Bahkan, guncangan gempa terasa hingga ke daerah-daerah sekitarnya.
Di seluruh kota Mandalay, puing-puing bangunan berserakan di jalanan. Warga yang kehilangan tempat tinggal dan usaha mereka hanya bisa menunggu dengan cemas di depan rumah-rumah mereka yang sudah rata dengan tanah. Mereka berharap tim penyelamat bisa datang lebih cepat untuk mencari korban yang masih tertimbun reruntuhan. Namun hingga saat ini, bantuan dari pemerintah masih sangat terbatas.
Puing-puing bangunan runtuh akibat gempa di Naypyitaw, Myanmar, Sabtu 29/3
Photo :
- AP Photo/Aung Shine Oo
Seorang warga Mandalay bernama Sandar Win (45) menceritakan kejadian memilukan yang dialaminya. Putranya yang baru berusia enam tahun tertimpa reruntuhan saat gempa terjadi, menyebabkan patah tulang panggul.
Sandar Win langsung membawa anaknya ke Rumah Sakit Umum Mandalay, tetapi mereka ditolak karena rumah sakit tersebut sudah penuh dengan korban gempa lainnya.
“Jadi kami harus pergi ke rumah sakit swasta. Sekarang dia sedang menjalani operasi,” ujarnya dengan suara bergetar, dilansir dari Al Jazeera.
“Dia anak tunggal kami. Hati saya hancur melihatnya dalam kondisi seperti ini,” lanjutnya.
Kondisi di Mandalay semakin sulit. Banyak toko, restoran, dan kedai teh tutup akibat gempa. Sementara itu, warga yang panik berbondong-bondong datang ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar guna menjalankan generator listrik karena pasokan listrik di kota yang berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa itu terputus.
Ambulans terus berlalu lalang membawa korban ke rumah sakit yang lebih jauh, seperti di Pyin Oo Lwin, sebuah kota yang berjarak sekitar 64 kilometer dari Mandalay. Kota tersebut biasanya dikenal sebagai tempat wisata, tetapi kini menjadi tempat tujuan bagi korban gempa yang membutuhkan perawatan.
Tim penyelamat di lokasi mengaku kewalahan menghadapi besarnya jumlah korban dan parahnya kerusakan yang terjadi. Wai Phyo, seorang pekerja penyelamat, mengatakan bahwa mereka bekerja sekuat tenaga, tetapi tidak memiliki peralatan yang cukup untuk mengevakuasi korban dengan cepat.
“Masih banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan. Kami berharap mereka bisa selamat, tetapi harapannya semakin tipis,” kata Wai Phyo.
Relawan mencari korban selamat di dekat bangunan rusak di Naypyitaw, Myanmar.
Photo :
- Foto AP/Aung Shine Oo
Ia juga mengungkapkan bahwa komunikasi menjadi kendala besar karena banyak jaringan telepon yang terputus dan akses internet sangat terbatas.
Sementara itu, militer Myanmar telah mengirim pasukan ke daerah yang terkena dampak gempa. Namun menurut beberapa warga dan tim penyelamat, mereka tidak memberikan banyak bantuan yang dibutuhkan.
“Kami tidak membutuhkan mereka di sini. Kami butuh bantuan yang sesungguhnya, seperti alat berat, tenaga medis, dan obat-obatan.” kata Wai Phyo.
Halaman Selanjutnya
“Dia anak tunggal kami. Hati saya hancur melihatnya dalam kondisi seperti ini,” lanjutnya.