VIVA – Di tengah kebutuhan kerja yang makin digital, punya laptop jadi kebutuhan utama bagi banyak orang, baik itu freelancer, pekerja kantoran, maupun mahasiswa. Tapi sayangnya, keterbatasan budget sering bikin kamu buru-buru memilih laptop murah dengan harapan bisa cukup untuk ngetik, meeting online, dan multitasking ringan. Padahal, di balik harga terjangkau itu, ada sejumlah risiko yang jarang diomongin tapi bisa berdampak langsung ke produktivitas dan kualitas hidup kamu.
Laptop murah memang menggoda, apalagi kalau spesifikasinya terlihat "cukup" di atas kertas. Tapi banyak pengguna akhirnya menyesal karena merasa performa tidak sesuai ekspektasi. Mulai dari kecepatan booting yang lambat, aplikasi sering not responding, sampai suara kipas yang mengganggu saat meeting penting. Kalau kamu lagi mempertimbangkan beli laptop entry-level buat kerja harian, simak dulu beberapa risiko tersembunyi berikut ini.
1. Performa Lambat, Produktivitas Terganggu
Laptop murah biasanya dibekali prosesor kelas bawah seperti Intel Celeron, Pentium, atau AMD Athlon yang kurang optimal untuk multitasking. Ketika kamu membuka beberapa tab Chrome sambil menjalankan aplikasi dokumen atau video call, performanya bisa drop drastis. Akibatnya, pekerjaan yang seharusnya selesai cepat malah molor karena sistem sering freeze.
2. Kapasitas RAM dan Storage Minim
Sebagian besar laptop murah hanya memiliki RAM 4GB dan storage eMMC 64GB atau HDD lama. Ini bikin sistem operasi dan aplikasi berjalan lambat, serta menyulitkan kamu menyimpan file kerja yang berat. Upgrade pun sering terbatas karena banyak laptop jenis ini tidak menyediakan slot tambahan atau komponen yang disolder permanen.
3. Kualitas Layar Kurang Nyaman
Buat kamu yang kerja berjam-jam di depan layar, kualitas display penting banget. Sayangnya, laptop murah sering hadir dengan resolusi rendah dan panel TN yang bikin mata cepat lelah. Warna tampak pudar, viewing angle sempit, dan penggunaan di ruang terang jadi kurang nyaman, semua ini bisa berdampak ke kesehatan mata dan kenyamanan kerja.
4. Baterai Cepat Habis, Mobilitas Terganggu
Laptop entry-level umumnya punya kapasitas baterai yang kecil. Dipakai beberapa jam aja, kamu sudah harus buru-buru cari colokan. Ini tentu merepotkan kalau kamu butuh perangkat yang bisa diandalkan saat kerja dari luar rumah atau berpindah-pindah lokasi.
5. Build Quality dan Dukungan After-Sales Lemah
Harga murah sering sebanding dengan kualitas bodi yang ringkih. Engsel cepat longgar, keyboard mudah rusak, atau touchpad yang tidak responsif bisa terjadi dalam hitungan bulan. Selain itu, dukungan garansi dan servis juga terbatas, terutama jika brand-nya kurang dikenal atau tidak punya service center resmi di kota kamu.
Halaman Selanjutnya
Buat kamu yang kerja berjam-jam di depan layar, kualitas display penting banget. Sayangnya, laptop murah sering hadir dengan resolusi rendah dan panel TN yang bikin mata cepat lelah. Warna tampak pudar, viewing angle sempit, dan penggunaan di ruang terang jadi kurang nyaman, semua ini bisa berdampak ke kesehatan mata dan kenyamanan kerja.