PBB: Layanan Kesehatan di Gaza Terancam Lumpuh Total, Warga Sipil dalam Bahaya

3 hours ago 3

Rabu, 30 April 2025 - 15:20 WIB

Gaza, VIVA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan peringatan keras terkait kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza. Akses ke layanan kesehatan penting di wilayah tersebut hampir tidak tersedia, seiring dengan terus ditahannya bantuan dan bahan bakar oleh otoritas Israel.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers di markas besar PBB di New York menjelaskan bahwa situasi ini sangat memprihatinkan, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak.

"Akses ke layanan kesehatan yang penting masih sangat terbatas. Lebih dari 150.000 perempuan di Gaza berisiko mengalami komplikasi kesehatan serius," ujar Dujarric, dilansir dari Anadolu Ajansi pada Rabu, 30 April 2025.

Seorang petugas medis yang mengenakan alat pelindung diri memeriksa seorang bayi di sebuah pusat layanan kesehatan di tengah pemberlakuan lockdown, di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Rabu, 9 September 2020.

Photo :

  • ANTARA/Xinhua-Khaled Omar

Salah satu penyebab utama memburuknya layanan kesehatan adalah krisis bahan bakar. Dujarric menjelaskan bahwa stok solar dan bensin di Gaza hampir habis. Bahan bakar yang tersisa kini hanya digunakan untuk kebutuhan paling penting seperti rumah sakit, pengolahan air bersih, dan sistem komunikasi.

Namun, upaya untuk membawa bahan bakar tambahan ke wilayah tersebut terus mengalami hambatan besar. PBB dan mitra kemanusiaannya berkali-kali mencoba mengambil bahan bakar dari daerah Rafah dan wilayah lain, namun upaya itu sering kali ditolak oleh pihak Israel.

"Hari ini saja, dari lima upaya bantuan yang sudah dikoordinasikan, empat ditolak. Satu-satunya yang diizinkan hanyalah rotasi staf, bukan pengiriman bantuan," jelas Dujarric.

Ia juga menyebut bahwa banyak daerah yang menjadi lokasi penyimpanan bahan bakar kini masuk dalam zona larangan, baik karena sedang berada dalam perintah evakuasi, atau dianggap sebagai area berbahaya oleh militer Israel. Hal ini semakin mempersulit lembaga bantuan untuk menjangkau masyarakat yang membutuhkan.

Kondisi ini terjadi di tengah serangan Israel yang kembali meningkat sejak 18 Maret lalu, setelah sebelumnya sempat terjadi gencatan senjata dan pertukaran tahanan dengan kelompok Hamas pada Januari. Sejak dimulainya serangan besar pada Oktober 2023, lebih dari 52.300 warga Palestina dilaporkan tewas dan mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Situasi kemanusiaan yang sangat parah ini juga menjadi perhatian lembaga-lembaga hukum internasional. Pada November tahun lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Selain itu, Israel kini sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakan militernya di Jalur Gaza.

Halaman Selanjutnya

Ia juga menyebut bahwa banyak daerah yang menjadi lokasi penyimpanan bahan bakar kini masuk dalam zona larangan, baik karena sedang berada dalam perintah evakuasi, atau dianggap sebagai area berbahaya oleh militer Israel. Hal ini semakin mempersulit lembaga bantuan untuk menjangkau masyarakat yang membutuhkan.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |