New York, VIVA – Pasar mobil bekas di Amerika Serikat tengah mengalami lonjakan permintaan yang luar biasa. Konsumen berbondong-bondong membeli kendaraan sebelum harga melonjak lebih tinggi akibat kebijakan tarif baru serta kekhawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi.
Data dari CarFax mencatat, harga mobil bekas naik hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sementara penjualannya lebih dari dua kali lipat dibanding musim semi sebelumnya.
Tak hanya itu, CarFax juga menyoroti kelangkaan unit mobil bekas yang semakin memburuk. Faktor ini ikut mendorong harga naik secara signifikan.
Dikutip VIVA Otomotif dari Carscoops, Rabu 16 April 2025, rata-rata harga SUV non-luxury bekas meningkat sebesar US$400 atau sekitar Rp6,48 juta hanya dalam sebulan terakhir.
VIVA Otomotif: Ilustrasi membeli mobil bekas
Mobil pikap naik US$250 (sekitar Rp4,05 juta), sedangkan van bekas melonjak drastis hingga US$800 (setara Rp12,96 juta).
Tarif yang dikenakan pada kendaraan dan suku cadang impor diyakini menjadi pemicu utama kekacauan ini. Banyak pabrikan otomotif di AS menghentikan sementara produksi dan pengiriman beberapa model karena tekanan biaya, membuat stok di dealer semakin tipis.
Srinidhi Melkote dari CarFax mengatakan, “Kami memperkirakan lonjakan harga dan penjualan mobil akan terus berlanjut. Permintaan tinggi untuk mobil baru mendorong harga naik dan stok menipis, sehingga banyak konsumen akhirnya beralih ke mobil bekas.”
Ia menambahkan, pergeseran perilaku konsumen ini memicu efek berantai di pasar, yang bisa memperparah kelangkaan dan membuat harga terus naik dalam waktu dekat.
Deretan Mobil dan Motor Bekas yang Laris di Balai Lelang
JBA Indonesia melaporkan adanya peningkatan lelang mobil dan motor pada kuartal pertama 2025.
VIVA.co.id
16 April 2025