VIVA – PT AION Indomobil Distribution Indonesia memiliki tiga produk yang dipasarkan saat ini, yaitu AION Y Plus sebagai model pertama di tahun lalu, disusul Hyptech HT, dan AION V sebagai produk barunya di tahun ini.
Adapun ketiga model tersebut menikmati insentif CBU (Completely Built Up) berupa bebas bea masuk, dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) dianggung pemerintah, sehingga harganya bisa kompetitif.
Artinya strategi yang diterapkan Guangzhou Automobile, atau GAC serupa dengan merek China pendatang baru lainnya. Langkah awal mereka impor terlebih dahulu sebelum produksi di dalam negeri tahun ini.
Adapun rencana produksi lokal produk mereka tidak sesuai rencana. Sehingga bedampak pada pengiriman unit yang tidak sesuai perjanjian di awal, terutama untuk produk barunya, yaitu AION V.
Mobil listrik yang satu platform dengan Toyota bZ3X tersebut diperkenalkan sejak akhir tahun lalu, dan harganya diumumkan, pada Februari 2025. Untuk AION V tipe Exclusive dilego Rp449 juta, AION V Luxury Rp489 juta.
Chief Executive Officer AION Indonesia, Andry Ciu sempat mengatakan, bahwa proses produksi AION V dimulai Maret 2025 dengan memanfaatkan kapasitas produksi 50 ribu unit per tahun di pabrik mereka di Cikampek, Jawa Barat.
"Pengiriman Aion V ke konsumen juga akan mulai berlangsung pada periode sama, sesuai dengan proses produksi di pabrik,” ujar Andrew kepada wartawan saat itu.
Namun sampai saat ini konsumen belum mendapatkan unit. Sehingga produsen mobil asal Tiongkok itu memberikan kompensasi, dan berjanji pendistribusian AION V ke tangan konsumen maksimal sampai akhir Juni.
“Pertama-tama, kami ingin menyampaikan permintaan maaf atas keterlambatan delivery AION V. Kami sangat menghargai kesabaran dan kepercayaan para konsumen. Kami juga memastikan pengiriman SUV ini dilakukan secepat mungkin,” ujar Andry, dikutip dari keterangannya, Kamis 15 Mei 2025.
Adanya keterlambatan tersebut maka mulai awal Juli, AION Indonesia akan memberikan uang sebesar Rp100 ribu per hari sampai konsumen menerima unit, dan berlaku buat mereka yang melakukan pemesanan sejak Februari.
Seperti diketahui, SUV pelahap seterum itu dibekali baterai lithium ferro phosphate, atau LFP berkapasitas 75,3 kWh yang diklaim memiliki jarak tempuh 602 kilometer berdasarkan pengujian NEDC.
Di negara asalnya brand milik pemerintah daerah itu tergolong mandiri. Karena komponen utama yang mereka gunakan dibuat sendiri di Guangzhou, mulai dari baterai, motor listrik atau dinamo penggerak, hingga kontrol listriknya.
Untuk baterainya sendiri mereka bukan hanya menggunakan bahan dasar lithium ferrophosphate namun juga dengan nikel. Pembuatan komponen daya penyimpan listriknya itu berkolaborasi dengan CATL.
Sementara di pasar Indonesia rencana awal mereka sekadar merakit, atau CKD (Completely Knock Down), baterainya masih didatangkan utuh dari negara asalnya.
Halaman Selanjutnya
Namun sampai saat ini konsumen belum mendapatkan unit. Sehingga produsen mobil asal Tiongkok itu memberikan kompensasi, dan berjanji pendistribusian AION V ke tangan konsumen maksimal sampai akhir Juni.