Jakarta, VIVA – Dalam lanskap bisnis daring yang kian berkembang, kelancaran pengiriman paket menjadi hal krusial. Namun, proses distribusi tidak selalu berjalan mulus.
Salah satu tantangan yang kerap dihadapi para pelaku usaha adalah Return to Sender (RTS), yaitu kondisi di mana paket tidak sampai ke penerima dan dikembalikan ke pengirim.
Beberapa penyebab umum dari RTS antara lain kesalahan penulisan alamat, kerusakan barang selama pengiriman, hingga penerima yang tidak dapat dihubungi. Masalah ini dapat berujung pada kerugian materiil dan hambatan dalam pengelolaan operasional penjualan.
Data dari dua tahun terakhir menunjukkan bahwa platform pengiriman KiriminAja mencatat tingkat RTS berkisar antara 8% hingga 9%. Platform ini menyediakan fitur-fitur untuk membantu penjual mengurangi potensi retur dan mempercepat proses penanganannya.
“Penting bagi pelaku usaha online untuk bisa menangani kendala pengiriman dengan efisien. Fitur seperti Undelivery dan Tiket Bantuan memungkinkan seller segera mendapatkan informasi serta meminta dukungan langsung,” ujar Shandy Febiarisma, Head of Business Operation KiriminAja, dikutip dari keterangan resmi, Kamis 24 April 2025.
Beberapa kanal bantuan seperti layanan live chat serta komunikasi melalui WhatsApp dan media sosial juga disediakan guna memastikan seller dapat menjangkau tim dukungan kapan saja. Selain itu, adanya skor RTS dan laporan statistik pada dashboard membantu penjual memantau performa pengiriman mereka.
Mochammad Saleh, CEO Riski Amanah Digital, menyatakan bahwa dukungan fitur dalam platform cukup membantu.
“Selama dua tahun ini, tingkat retur kami relatif stabil karena adanya proses tindak lanjut yang lebih tertata,” ungkapnya.
AI Selamatkan 'Nyawa' Pelajar dan Mahasiswa
Teknologi AI selamatkan 'nyawa' pelajar dan mahasiswa. Begini maksudnya.
VIVA.co.id
11 April 2025