Jakarta, VIVA – Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) buka suara usai Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) RI menemukan bahwa dugaan ledakan amunisi tak layak pakai atau afkir di Garut, Jawa Barat diduga karena masih ada sisa detonator.
"TNI AD pada prinsipnya senantiasa menghargai setiap saran, temuan, tanggapan, maupun rekomendasi dari seluruh pemangku kepentingan," ujar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana saat dikonfirmasi, Sabtu 24 Mei 2025.
Wahyu menyebut bahwa semua masukan dari berbagai pihak soal peristiwa ledakan amunisi yang menyebabkan 13 orang meninggal dunia, akan dijadikan pertimbangan untuk evaluasi dan pengambilan keputusan.
"Kami menegaskan kembali komitmen TNI AD untuk selalu terbuka dan menghargai setiap masukan konstruktif dari berbagai pihak," tukasnya.
Temuan Komnas HAM RI
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyampaikan sejumlah temuan yang berkaitan dengan peristiwa ledakan pemusnahan amunisi tak layak pakai atau Afkir di Garut, Jawa Barat, yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia.
Wakil Ketua Bidang Eksternal Komnas HAM Abdul Haris Semendawai mengatakan peristiwa itu disebabkan oleh sisa detenator.
“Ledakan yang memicu jatuhnya korban jiwa terjadi sekitar pukul 09.30 WIB, yang diduga disebabkan oleh ledakan sisa detenator yang akan dimusnahkan dengan cara ditimbun setelah selesainya proses pemusnahan amunisi,” ujar dia kepada wartawan, Jumat, 23 Mei 2025.
Lebih lanjut disampaikan olehnya, temuan Komnas HAM dalam peristiwa itu adalah sempat adanya perdebatan antara Komandan Gapusmus dengan koordinator pekerja warga bernama Rustiawan sebelum terjadinya ledakan.
Adapun perdebatan mereka yakni terkait penanganan sisa detenator.
“Biasanya (sisa detenator) akan ditenggelamkan ke dasar laut untuk mempercepat proses disfungsi. Namun pada hari tersebut dipilih dengan cara menimbun menggunakan campuran urea,” kata dia.
Para korban saat kejadian itu sedang menurunkan sisa detenator yang sudah dimasukkan ke dalam drum untuk diletakkan ke dalam lubang.
Namun saat ledakan terjadi, sejumlah orang tengah berada di dalam lubang dan beberapa lainnya berada di sekitar lubang yang sedang mengangkut material detonator.
“Namun saat proses tersebut, drum yang berisi detonator tersebut tiba-tiba meledak,” ucap dia.
Peristiwa ledakan tersebut kemudian mengakibatkan empat anggota TNI dan sembilan warga sipil meninggal dunia.
Dia menyebutkan bahwa delapan orang korban dari pihak sipil merupakan pekerja harian lepas, sedangkan satu orang lainnya sedang berkunjung ke lokasi untuk menemui temannya.
“Para korban ditemukan dengan luka bakar berat dan beberapa di antaranya dengan bagian tubuh yang tidak utuh,” katanya.
Wakil Ketua Komnas HAM Abdul Haris Semendawai
Photo :
- ANTARA/Agatha Olivia Victoria
Berdasarkan temuan Komnas HAM lainnya, disebutkan bahwa 21 orang sipil dipekerjaaan untuk membantu proses pemusnahan dengan upah rata-rata Rp 150 ribu per hari.
Para pekerja itu juga disebut diajarkan ataupun belajar secara otodidak selama bertahun-tahun, tidak melalui proses pendidikan maupun pelatihan yang tersertifikasi.
“Para pekerja tidak dibekali dengan peralatan khusus atau alat pelindung diri dalam melaksanakan pekerjaanya,” tuturnya.
Oleh karenanya, Komnas HAM terkait dengan hal itu merekomendasikan supaya lahan tersebut ditutup permanen dan juga dikembalikan sebagai kawasan konservasi.
Tak hanya itu, Komnas HAM meminta kepada TNI untuk ke depannya memastikan agar tidak ada lagi warga sipil yang terlibat dalam kegiatan pemusnahan yang dinilai berbahaya itu.
Sebelumnya diberitakan, Sebuah insiden tragis terjadi di lokasi pemusnahan munisi afkir milik TNI Angkatan Darat di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, pada Senin pagi.
Ledakan hebat yang terjadi sekitar pukul 09.30 WIB menyebabkan 13 orang meninggal dunia, terdiri dari anggota TNI dan warga sipil.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologi peristiwa tersebut. Menurutnya, kegiatan pemusnahan munisi tidak layak pakai itu dimulai pada pukul 09.30 WIB oleh jajaran Gudang Pusat Munisi 3, Pusat Peralatan Teknik Angkatan Darat.
Dia mengatakan, sebelum kegiatan, dilakukan pengecekan terhadap personel dan kondisi lokasi dan semuanya dinyatakan dalam keadaan aman. Tim kemudian memulai proses penghancuran munisi di dua lubang sumur yang telah disiapkan.
“Setelah seluruh tim pengamanan menempati pos masing-masing, peledakan dilakukan dan berjalan lancar tanpa kendala,” kata Wahyu, Senin sore.
Inilah ledakan amunisi kadaluarsa, lokasi peledakan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut
Photo :
- VIVA.co.id/Diki Hidayat (Garut)
Sebagai prosedur lanjutan, kata dia, satu lubang tambahan disiapkan khusus untuk menghancurkan detonator yang sudah digunakan, termasuk sisa-sisa yang berkaitan dengan munisi afkir.
“di luar dua sumur ini disiapkan satu lubang yang peruntukannya adalah untuk menghancurkan detonator yang selesai digunakan dalam penghancuran dua sumur sebelumnya. Termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan munisi akhir tersebut,” ujarnya.
13 Korban dalam peristiwa itu yakni:
1. Kolonel Cpl Antonius Hermawan;
2. Mayor Cpl Anda Rohanda;
3. Agus bin Kasmin;
4. Ipan bin Obur;
5. Iyus Ibing bin Inon;
6. Anwar bin Inon;
7. Iyus Rizal bin Saepuloh
8. Toto;
9. Dadang;
10. Rustiawan;
11. Endang;
12. Kopda Eri Dwi Priambodo
13. Pratu Aprio Setiawan.
Halaman Selanjutnya
“Ledakan yang memicu jatuhnya korban jiwa terjadi sekitar pukul 09.30 WIB, yang diduga disebabkan oleh ledakan sisa detenator yang akan dimusnahkan dengan cara ditimbun setelah selesainya proses pemusnahan amunisi,” ujar dia kepada wartawan, Jumat, 23 Mei 2025.