Jakarta, VIVA – Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono alias Tommy mengaku, pihaknya sangat optimis bahwa dalam jangka pendek prospek perekonomian Indonesia masih akan tetap berada di zona positif.
Hal itu antara lain didukung oleh konsumsi rumah tangga yang kuat, dan momentum kembalinya aktivitas manufaktur. Di mana pada Maret 2025, PMI Manufaktur mencatat angka sebesar 52,4, yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2024.
Hal itu menurutnya didorong oleh peningkatan produksi dan meningkatnya permintaan, baik di dalam maupun di luar negeri.
"Level tersebut menunjukkan bahwa produsen tetap optimis dan kita mengharapkan pertumbuhan output yang berkelanjutan sepanjang tahun 2025. Kinerja makrofiskal Indonesia pun terus membaik pasca-pandemi COVID-19," kata Tommy di acara HSBC Summit 2025, di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa, 22 April 2025.
[Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono, di acara HSBC Summit 2025, di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa, 22 April 2025]
Photo :
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Selain itu, indikator-indikator utama termasuk rasio pajak, defisit fiskal, rasio utang terhadap PDB, dan keseimbangan primer, dipastikan juga terus menunjukkan trend positif yang konsisten.
Tommy menegaskan, pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga anggaran negara yang sehat, sebagai instrumen penting untuk menjaga stabilitas serta mendukung transformasi ekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi.
Dalam jangka menengah, kredibilitas kebijakan fiskal dipastikan akan terus menjadi komitmen pemerintah. Dimana batasan defisit fiskal 3 persen berfungsi sebagai jangkar kebijakan utama, memperkuat stabilitas makroekonomi, memperkuat kredibilitas kebijakan, dan mendukung keperlanjutan fiskal jangka panjang.
Dari sisi asumsi APBN 2025, Tommy memastikan bahwa pemerintah dan DPR juga telah menyepakati sejumlah indikator makroekonomi. Antara lain yakni pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sebesar 5,2 persen, yield obligasi pemerintah 10 tahun sebesar 7,0 persen, nilai tukar rupiah sebesar Rp 16 ribu per dolar AS, inflasi sebesar 2,5 persen, dan defisit terjaga di level 2,53 persen.
Presiden AS Donald Trump usai menandatangani perintah eksekutif, Rabu, 9 April 2025, waktu setempat.
Kemudian, lanjut Tommy, APBN 2025 juga akan difokuskan pada upaya peningkatan pendapatan, efisiensi, dan produktivitas belanja. Hal ini akan dicapai melalui pelaksanaan reformasi perpajakan yang lebih sehat dan berkeadilan, perluasan basis pajak, dan peningkatan kepatuhan wajib pajak.
"Selain itu, pemerintah memberikan insentif fiskal yang tepat, sasaran, dan terukur pada berbagai sektor strategis untuk membantu mempercepat transformasi ekonomi," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Dalam jangka menengah, kredibilitas kebijakan fiskal dipastikan akan terus menjadi komitmen pemerintah. Dimana batasan defisit fiskal 3 persen berfungsi sebagai jangkar kebijakan utama, memperkuat stabilitas makroekonomi, memperkuat kredibilitas kebijakan, dan mendukung keperlanjutan fiskal jangka panjang.