Jakarta, VIVA – Pemilihan Paus selalu menjadi momen bersejarah bagi Gereja Katolik dan disaksikan oleh umat Katolik di seluruh dunia. Proses ini dilakukan melalui Konklaf, pertemuan tertutup para kardinal di Kapel Sistina Vatikan.
Menariknya, Indonesia sebagai negara dengan umat Katolik minoritas ternyata sudah tiga kali mengirimkan perwakilan kardinalnya untuk ambil bagian dalam momen penting tersebut.
Siapa saja ketiga kardinal Indonesia yang pernah mengikuti Konklaf pemilihan Paus? Berikut daftarnya:
1. Kardinal Justinus Darmojuwono (Konklaf 1978)
Kardinal Justinus Darmojuwono adalah tokoh penting dalam sejarah Gereja Katolik Indonesia. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang diangkat menjadi kardinal oleh Paus Paulus VI pada tahun 1967. Tak hanya satu kali, Darmojuwono mengikuti dua konklaf yang digelar pada tahun 1978.
Konklaf pertama pada Agustus 1978 memilih Albino Luciani sebagai Paus Yohanes Paulus I. Namun, masa kepemimpinan Paus Yohanes Paulus I sangat singkat, hanya 33 hari, karena beliau wafat pada 28 September 1978.
Vatikan kembali menggelar konklaf pada Oktober 1978, dan Kardinal Darmojuwono kembali hadir untuk memilih Paus baru, yang akhirnya jatuh kepada Karol Jozef Wojtyła, yang kemudian dikenal sebagai Paus Yohanes Paulus II.
Setelah pengabdiannya di tingkat global, Kardinal Darmojuwono kembali fokus pada pelayanannya di tanah air hingga pensiun pada tahun 1981. Di masa pensiun, ia memilih tinggal sederhana di Paroki Santa Maria Fatima Banyumanik, Semarang, hingga wafat pada 1994.
Kardinal kedua asal Indonesia yang pernah mengikuti Konklaf adalah Julius Darmaatmadja. Ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1994.
Pada tahun 2005, setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II, Darmaatmadja ikut serta dalam konklaf untuk memilih pengganti.
Dari proses itu, terpilihlah Joseph Alois Ratzinger sebagai Paus Benediktus XVI. Dengan demikian, Kardinal Darmaatmadja menjadi saksi penting dalam sejarah transisi kepemimpinan Gereja Katolik dunia pada awal abad ke-21.
Namun, setelah Paus Benediktus XVI wafat pada 2013, Darmaatmadja memilih tidak hadir mengikuti konklaf karena alasan kesehatan, tubuhnya tak lagi kuat menempuh perjalanan panjang ke Roma.
Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo.
Photo :
- Dokomentasi Keuskupan Agung Jakarta
Yang terbaru, Indonesia kembali mencatat sejarah dengan keikutsertaan Kardinal Ignatius Suharyo dalam Konklaf 2025 yang digelar pada 7-8 Mei 2025. Konklaf ini diselenggarakan menyusul wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025 di usia 88 tahun.
Kardinal Suharyo, yang menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta sejak 2010, menyatakan bahwa dirinya tidak melakukan persiapan khusus untuk mengikuti Konklaf. Meski demikian, ia menyebut sudah terbiasa dengan dinamika pertemuan antar kardinal dan uskup.
“Saya kira-kira sudah bisa membayangkan siapa nanti yang akan banyak berbicara. Siapa nanti yang akan banyak mengemukakan gagasan-gagasan sehingga dapat memperkaya para kardinal yang ikut di dalam Konklaf untuk menentukan pilihannya. Tapi kita tidak akan pernah tahu siapa yang akan terpilih. Tidak pernah tahu,” ungkap saat jumpa pers di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Kamis 24 April 2025.
Hasil dari konklaf tersebut menetapkan Kardinal Robert Francis Prevost sebagai Paus ke-267 dengan nama Paus Leo XIV. Suharyo pun menjadi bagian dari sejarah pemilihan Paus pertama asal Amerika Serikat ini.
Halaman Selanjutnya
Vatikan kembali menggelar konklaf pada Oktober 1978, dan Kardinal Darmojuwono kembali hadir untuk memilih Paus baru, yang akhirnya jatuh kepada Karol Jozef Wojtyła, yang kemudian dikenal sebagai Paus Yohanes Paulus II.