Bursa Asia Rontok Buntut Kebijakan Tarif Trump, Sektor Teknologi Paling Terpuruk

9 hours ago 3

Senin, 7 April 2025 - 14:49 WIB

Jakarta, VIVA – Gejolak pasar keuangan kembali mengguncang Asia pada awal pekan ini. Terutama usai kebijakan tarif impor terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang memicu aksi jual besar-besaran. 

Bursa saham di Jepang, Korea Selatan, Australia, hingga Taiwan dan Hong Kong, langsung tumbang begitu perdagangan dibuka. Hal ini menambah kekhawatiran akan datangnya resesi global.

Kepanikan pasar ini muncul setelah Trump mengumumkan tarif tinggi baru atas berbagai produk impor, yang memicu balasan dari Tiongkok. Investor dan pelaku pasar pun langsung bereaksi negatif usai melihat langkah tersebut. Bahkan, tak sedikit yang menganggap bahwa ini adalah bentuk ancaman serius bagi stabilitas ekonomi global.

Presiden AS Donald Trump berlakukan tarif masuk barang impor ke AS

Photo :

  • AP Photo/Mark Schiefelbein

Melansir dari New York Times pada perdagangan Senin, 7 April 2025, indeks saham di Jepang anjlok lebih dari 8 persen, sementara Korea Selatan jatuh sekitar 5 persen. Indeks saham di Hong Kong dan Taiwan bahkan sempat ambruk sekitar 10 persen. Terkait ini, saham-saham teknologi justru menjadi sektor yang paling terpukul.

Perusahaan semikonduktor terbesar dunia, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company, jatuh nyaris 10 persen. Foxconn, pemasok utama Apple, juga anjlok 10 persen. Saham raksasa teknologi Tiongkok seperti Alibaba, Tencent, dan Xiaomi ikut merosot. 

Di Korea Selatan, Samsung Electronics melemah 4 persen, sementara Nintendo di Jepang kehilangan hampir 5 persen nilai sahamnya. Futures S&P 500, indikator perdagangan indeks AS sebelum pembukaan pasar, juga merosot 4 persen pada Minggu malam waktu AS. Harga minyak turun lebih dari 3 persen, sedangkan harga tembaga jatuh lebih dari 5 persen.

Penurunan tajam S&P 500 sebesar 10,5 persen selama Kamis dan Jumat lalu merupakan yang terburuk sejak awal pandemi COVID-19. “Dalam hal nilai, lebih dari 5 triliun dolar AS menguap dari kapitalisasi pasar S&P hanya dalam dua hari,” kata Howard Silverblatt, analis senior di S&P Dow Jones Indices.

Hal yang lebih mengejutkan, aksi jual ini dipicu langsung oleh kebijakan presiden. “Jika tarif yang diumumkan pada 2 April tetap diberlakukan, maka ini adalah bencana ekonomi yang diciptakan sendiri oleh Amerika Serikat,” ujar Preston Caldwell, ekonom senior AS dari Morningstar Research Services.

Di tengah kekacauan ini, Trump tetap bergeming. Dia mengatakan tidak akan mencabut tarif, kecuali mereka membayar banyak uang kepada negaranya. “Saya tidak berpikir inflasi akan jadi masalah besar," ujar Trump.

Beberapa CEO juga mulai memperingatkan konsumen soal potensi kenaikan harga kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian. Sejumlah produsen mobil bahkan telah menghentikan produksi dan memangkas tenaga kerja.

Tak hanya itu, ekonom bank memperkirakan resesi bisa menghantam AS dalam 12 bulan ke depan. Manajer hedge fund Bill Ackman menulis di media sosial X bahwa dia mendukung Trump memperbaiki sistem tarif global, namun mendesak “gencatan senjata selama 90 hari” agar krisis bisa diredam. 

“Jika tidak, kita sedang menuju musim dingin ekonomi yang dibuat sendiri,” tulisnya.

Halaman Selanjutnya

Penurunan tajam S&P 500 sebesar 10,5 persen selama Kamis dan Jumat lalu merupakan yang terburuk sejak awal pandemi COVID-19. “Dalam hal nilai, lebih dari 5 triliun dolar AS menguap dari kapitalisasi pasar S&P hanya dalam dua hari,” kata Howard Silverblatt, analis senior di S&P Dow Jones Indices.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |