Jakarta, VIVA – Munculnya kecerdasan buatan sebagai kekuatan penafsir lintas agama mendorong penggagas Forum Spiritualitas Esoterika, Denny JA, mengusulkan pendirian Pusat Studi Agama dan Spiritualitas Era AI.
"Tak satu pun institusi keagamaan, tak satu pun ulama, pendeta, biksu, atau pastur—seberbakat apa pun mereka—dapat menandingi kemampuan Artificial Intelligence dalam membaca jutaan dokumen lintas kitab, lintas iman, lintas madzab, dan lintas abad," ujar Denny dalam dalam workshop Esoterika Fellowship yang digelar pada hari ketiga.
Dengan daya olah data yang luar biasa, AI kini mampu menyusuri khazanah keagamaan dalam waktu sekejap. Menurut Denny, hasil pembacaan tersebut membuka jalan baru bagi penyegaran spiritualitas yang lebih inklusif dan universal.
Sebagai tindak lanjut, Forum Esoterika menginisiasi kerja sama dengan sembilan perguruan tinggi di Indonesia yang berasal dari berbagai tradisi keagamaan. Nota kesepahaman ditandatangani oleh para pimpinan kampus, termasuk IAIN Ambon, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Kristen Indonesia, hingga Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa.
Langkah ini, menurut Denny, menjadi fondasi awal pembentukan lembaga interdisipliner yang mengkaji dan menyebarluaskan pesan-pesan universal yang diolah dari dokumen lintas agama oleh AI.
Dalam sambutannya, Denny juga menyoroti pentingnya inovasi dalam pendidikan tinggi. Ia menyinggung kemajuan National University of Singapore (NUS) yang kini masuk jajaran 10 besar dunia, berkat keberanian dalam mengadopsi teknologi mutakhir.
"Esoterika memperkenalkan kurikulum baru bertajuk Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama di Era AI, sebagai bentuk kontribusi akademik yang menjawab tuntutan zaman,” katanya.
Mengambil inspirasi dari gerakan Teologi Pembebasan di Amerika Latin, Denny menekankan bahwa spiritualitas baru harus berpijak pada realitas sosial.
Ia menyebut sejumlah konflik akibat politik identitas di Indonesia—seperti di Ambon, Jakarta, Kalimantan Tengah, dan Lampung—sebagai luka sosial yang belum benar-benar pulih.
“Di tengah luka, selalu ada celah untuk cahaya,” ujarnya.
Gerakan ini, lanjut Denny, tidak bertujuan menggantikan iman yang lama, melainkan menyalakan kembali esensinya: kasih, pengertian, dan keadilan.
Esoterika Fellowship Masuk Kampus merupakan bagian dari Forum Esoterika yang dipimpin Ahmad Gaus AF dan Dr. Budhy Munawar Rachman. Program ini berupaya membawa kembali spiritualitas lintas iman ke ruang akademik dan sosial.
Halaman Selanjutnya
"Esoterika memperkenalkan kurikulum baru bertajuk Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama di Era AI, sebagai bentuk kontribusi akademik yang menjawab tuntutan zaman,” katanya.