Jakarta, VIVA – Kelapa sawit merupakan komoditas strategis nasional yang memiliki potensi dan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.
Salah satu cara untuk mengoptimalkan potensi dan kontribusi kelapa sawit adalah dengan meningkatkan produktivitas komoditas tersebut.
Indonesia dinilai perlu meningkatkan jumlah produksi kelapa sawit secara signifikan. Tercatat, produksi kelapa sawit mengalami stagnasi selama lima tahun terakhir.
Oleh karena itu, mekanisasi dan digitalisasi merupakan kunci utama dalam mendorong produktivitas kelapa sawit.
“Dalam menghadapi tantangan global, termasuk persaingan pasar, keberlanjutan lingkungan, serta kebutuhan akan efisiensi dan produktivitas, inovasi teknologi menjadi kunci utama,” kata Pemimpin Umum Hai Sawit, M Gema Aliza Putra.
Ia berharap, Indonesia dan Malaysia bisa memunculkan solusi inovatif yang dapat meningkatkan efisiensi produksi, keberlanjutan lingkungan, serta daya saing industri sawit di tingkat internasional.
"Kunci peningkatan produktivitas kelapa sawit di Indonesia adalah dengan melakukan mekanisasi dan digitalisasi teknologi. Indonesia dan Malaysia perlu saling bertukar ilmu dan pengalaman guna mendorong kemajuan industri kelapa sawit," ungkapnya.
Untuk itu, Hai Sawit menggelar kegiatan Hai Sawit Simposium (HASI) 2025 yang mengangkat tema ‘Penerapan Mekanisasi, Digitalisasi, dan Teknologi Industri Sawit’.
Diskusi ini menghadirkan para profesional kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia untuk berbagi ilmu tentang perkembangan mekanisasi hingga digitalisasi di industri tersebut.
Menurut dia, peningkatan produktivitas kelapa sawit melalui mekanisasi dan digitalisasi sejalan dengan program pemerintah, khususnya Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang memiliki Program Sarana dan Prasarana (Sarpras).
Program Sarpras ini merupakan penyediaan sarana dan prasarana bagi pekebun kelapa sawit guna meningkatkan produksi, produktivitas, mutu, dan keberlangsungan usaha secara berkelanjutan.
Perlu diketahui, BPDP sudah menyalurkan sebanyak Rp126,23 miliar untuk realisasi Program Sarana dan Prasarana bagi petani sawit Indonesia pada tahun lalu.
Program Sarpras yang telah disusun oleh BPDP diharapkan dapat memenuhi target output dan outcome untuk peningkatan produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit rakyat, peningkatan kesejahteraan petani, nilai tambah, mutu hasil, serta tercapainya target sertifikasi ISPO.
Ada sembilan jenis bantuan sarana dan prasarana yang dapat diakses oleh petani kebun sawit meliputi benih, pupuk, pestisida, alat pascapanen, dan unit pengolahan hasil, jalan kebun dan jalan akses ke jalan umum dan/atau ke pelabuhan, alat transportasi, mesin pertanian, pembentukan infrastruktur pasar, hingga verifikasi teknis (ISPO).
"Dukungan BPDP dilakukan melalui beberapa cara seperti penelitian dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri sawit (pengembangan teknologi); membantu meningkatkan penggunaan mesin dan peralatan modern untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan kualitas hasil panen (mekanisasi); serta mendukung penerapan teknologi digital, seperti sistem informasi manajemen dan aplikasi mobile untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan perkebunan sawit (digitalisasi)," jelas Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Achmad Maulizal Sutawijaya.
Halaman Selanjutnya
Diskusi ini menghadirkan para profesional kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia untuk berbagi ilmu tentang perkembangan mekanisasi hingga digitalisasi di industri tersebut.