Perlu Kemampuan Adaptasi Hadapi Krisis

6 hours ago 1

Selasa, 29 April 2025 - 13:59 WIB

Jakarta, VIVA – Hidup dalam dinamika global, baik dari sisi geopolitik, teknologi maupun kebijakan ekonomi internasional, menjadi tantangan yang harus dihadapi saat ini.

Salah satunya kebijakan proteksionis yang diluncurkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, berupa perang tarif terhadap berbagai negara termasuk Indonesia.

Kebijakan ini menjadi simbol dari ketatnya kompetisi dagang internasional, sekaligus peringatan bahwa kemandirian dan inovasi adalah senjata utama bangsa.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menggarisbawahi jika wirausaha Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton, apalagi korban, tapi harus menjadi aktor utama yang adaptif, berdaya tahan, dan berdaya saing tinggi.

"Spirit inilah yang ingin saya tekankan bahwa entrepreneur masa kini harus melek terhadap isu global, tangguh menghadapi ketidakpastian, serta memiliki kapasitas resilient dan transformative thinking," ungkapnya.

Ia melanjutkan bahwa menjadi wirausaha bukan sekadar berdagang. Dalam kearifan lokal Jawa ada prinsip urip iku urup – hidup harus memberi manfaat.

"Wirausaha yang sejati adalah mereka yang hadir tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, namun juga untuk menebar kemaslahatan, memberdayakan, dan menyuburkan semangat gotong royong," tegas Sri Sultan.

Ilustrasi ide / konsep / inovasi.

Ilustrasi ide / konsep / inovasi.

Pernyataan ini disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X saat membuka seminar bisnis bertajuk Gebyar Spirit Wirausaha Gemilang atau GSWG 2025 digelar oleh Asosiasi G-Coach Indonesia (AGCI) berkolaborasi dengan Nusantara Gilang Gemilang (NGG) dan Grounded Business Coaching (GBC).

Seminar tersebut diikuti lebih dari 400 peserta pengusaha dari skala usaha kecil dan menengah (UKM) dari berbagai kota di Indonesia.

Pendiri Grounded Business Coaching (GBC) Fahmi menyebut dibutuhkan radikal optimisme dan menguatkan jaringan antarpemerintah dan stakeholder dalam membangun kekuatan ekonomi.

Sektor yang mengalami kelesuan saat ini dirasakan pada sektor pariwisata, kuliner, dan fesyen lantaran daya beli turun.

Guncangan atau krisis global, nasional, tekanan efisiensi, pengetatan target pajak, defisit APBN, utang jatuh tempo, harus direspons oleh UKM dan pengusaha pada umumnya dengan berbagai macam cara.

"Tapi kata kuncinya adalah kemampuan untuk adaptasi," jelas dia.

Ketua Pelaksana GSWG 2025 Abdul Fiqih menjelaskan seminar bisnis ini menjadi momentum sinergi antara seminar inspiratif yang membekali para pengusaha dengan strategi jitu maupun ilmu bermanfaat.

“GSWG 2025 juga diharapkan mendorong para anggota dan pengusaha pada umumnya untuk meningkatkan kapasitas, memperluas jejaring dan memperbesar dampak dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada,” paparnya.

Halaman Selanjutnya

Seminar tersebut diikuti lebih dari 400 peserta pengusaha dari skala usaha kecil dan menengah (UKM) dari berbagai kota di Indonesia.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |