Tanjungpandan, VIVA – Pesona Belitong Beach Festival 2025 resmi dibuka pada Sabtu, 10 Mei 2025, dengan membawa kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Belitung dan Bangka Belitung secara umum. Pasalnya, festival ini menjadi satu-satunya agenda pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung yang berhasil lolos kurasi dan masuk dalam program nasional Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI).
Program KEN merupakan bagian dari strategi nasional yang bertujuan untuk mengangkat potensi wisata lokal melalui penyelenggaraan event-event pariwisata unggulan. Program ini dirancang dengan kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para pelaku pariwisata, guna meningkatkan daya tarik wisata Indonesia serta memberdayakan ekonomi kreatif masyarakat.
Menurut Wydia Kemala Sari, Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disparbudkepora) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, hanya Kabupaten Belitung dari tujuh kabupaten/kota yang berhasil masuk dalam daftar eksklusif ini.
“Kurasi Kharisma Event Nusantara tidak mudah. Selain memiliki nilai budaya dan daya tarik wisata, penyelenggara juga harus memenuhi standar protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability),” ujar Wydia.
Dorongan Kolaboratif untuk Setiap Kabupaten/Kota
Wydia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk melahirkan event-event khas yang dapat diangkat ke level nasional. Ia menyebut bahwa even tahunan seperti Festival Layang-Layang di Pangkalpinang dan Pesona Belitong Beach Festival merupakan contoh sukses dari sinergi lintas sektor yang terus dikembangkan. “Event harus memiliki kontinuitas. Kalau tidak diadakan secara rutin, bisa gugur dari daftar kurasi KEN,” jelasnya.
Oleh karena itu, setiap daerah diharapkan bisa menemukan identitas wisata khasnya masing-masing agar potensi lokal tidak hanya dikenal secara regional, tetapi juga mendapat pengakuan nasional bahkan internasional.
Tantangan: Membangun Pola Pikir Pariwisata di Tengah Masyarakat
Namun, tantangan terbesar menurut Wydia bukan sekadar menggelar event, tetapi bagaimana menanamkan paradigma pariwisata di tengah masyarakat. Ia menekankan bahwa pariwisata bukanlah sektor yang menghasilkan hasil instan, melainkan investasi jangka panjang yang memerlukan pembangunan karakter sumber daya manusia serta perbaikan terus-menerus terhadap destinasi wisata.
“Kita ingin wisatawan datang, menikmati, dan punya alasan untuk datang lagi. Itu tidak bisa tercapai jika semua elemen belum memiliki pola pikir pariwisata,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia mengajak semua pihak, termasuk organisasi perangkat daerah (OPD), pelaku usaha, komunitas, hingga masyarakat umum untuk bersama-sama membangun semangat dan pola pikir pariwisata. “Kalau hanya mengandalkan keindahan alam, kita akan tertinggal. Harus ada kreativitas dan pelayanan yang membuat wisatawan merasa dihargai dan ingin kembali,” imbuhnya.
Belitung sebagai Role Model
Dengan keberhasilan Belitung masuk KEN, daerah ini kini dianggap sebagai model pembangunan pariwisata berbasis kolaborasi dan pelestarian budaya. Keberhasilan ini diharapkan dapat memotivasi daerah lain di Bangka Belitung untuk menyiapkan event unggulan mereka sendiri, mengangkat kearifan lokal, dan menjadi bagian dari upaya nasional membangun citra positif pariwisata Indonesia.
Halaman Selanjutnya
Oleh karena itu, setiap daerah diharapkan bisa menemukan identitas wisata khasnya masing-masing agar potensi lokal tidak hanya dikenal secara regional, tetapi juga mendapat pengakuan nasional bahkan internasional.