Beijing, VIVA – Kementerian Luar Negeri China merespons pemberlakuan tarif tinggi 104 persen, yang telah diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pemerintah China menyebut bahwa pihaknya akan mengambil langkah-langkah yang tegas dan kuat untuk melindungi kepentingannya Beijing.
"Kepentingan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan Tiongkok tidak dapat diganggu gugat. Kami akan terus mengambil langkah tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan sah kami," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian dalam jumpa pers rutin.
Lin juga mengatakan bahwa jika AS bersikeras untuk berperang dalam perang tarif dan perang dagang, Tiongkok pasti akan melawan dan berjuang sampai akhir.
"Jika AS benar-benar ingin menyelesaikan masalah melalui dialog dan negosiasi, AS harus menunjukkan sikap yang setara, saling menghormati, dan saling menguntungkan," ujarnya
Diketahui, Kementerian Keuangan Tiongkok pada Jumat lalu, 4 April 2024, mengumumkan tarif tambahan sebesar 34 persen untuk semua barang yang diimpor dari AS mulai 10 April, sebagai balasan atas Trump yang mengenakan tarif baru sebesar 34 persen terhadap Tiongkok.
Tarif menyeluruh tersebut menyusul dua putaran tarif sebelumnya sebesar 10 persen-15 psrsen, yang sebagian besar menargetkan produk pertanian dan energi yang diimpor dari AS.
Menurut Dan Wang, direktur Tiongkok di Eurasia Group, tarif Trump secara efektif akan menghapus keuntungan eksportir Tiongkok setelah bea masuk AS melewati batas 35 persen.
"Setelah itu, eksportir Tiongkok tidak akan menjual ke AS sama sekali," kata Wang, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu 9 April 2025.
Dalam white paper resmi terpisah yang dirilis oleh Kantor Informasi Dewan Negara pada hari Kamis, 3 April 2025, otoritas Tiongkok mengatakan jika AS bersikeras untuk lebih meningkatkan pembatasan ekonomi dan perdagangannya, Tiongkok akan dengan tegas melawan AS sampai akhir.
“AS menggunakan tarif sebagai senjata untuk memberikan tekanan ekstrem dan mencari kepentingan pribadi. Ini adalah tindakan khas unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi,” kata Beijing dalam buku putih tersebut.
Pemerintah Tiongkok menambahkan bahwa menaikkan tarif tidak akan membantu mengatasi masalah surplus perdagangan AS, tetapi malah akan memicu volatilitas besar di pasar keuangan, memperburuk tekanan inflasi, dan merusak industri Amerika.
Meskipun demikian, Beijing mengatakan pihaknya berharap AS akan bertemu di 'tengah jalan' dan segera mencabut hambatan perdagangan unilateral, sambil menegaskan kembali keterbukaannya untuk memperkuat dialog, mengelola perbedaan, dan meningkatkan kolaborasi.
Tiongkok juga mengklaim pihaknya memenuhi persyaratan dalam perjanjian perdagangan “Fase 1” yang disepakati Trump dengan Beijing selama masa jabatan presiden pertamanya, sambil mengklaim AS melanggar mandat tertentu dalam perjanjian tersebut.
Kesepakatan itu mengharuskan China untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS sebesar US$ 200 miliar selama periode dua tahun, tetapi Beijing gagal memenuhi targetnya saat pandemi COVID-19 melanda.
Halaman Selanjutnya
"Setelah itu, eksportir Tiongkok tidak akan menjual ke AS sama sekali," kata Wang, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu 9 April 2025.