Jakarta, VIVA – Ketegangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas. Kali ini, membawa dampak besar bagi industri penerbangan AS, di mana China mengumumkan bahwa akan menghentikan seluruh pengiriman pesawat Boeing ke maskapai-maskapainya.
Sebagaimana diketahui, Boeing merupakan salah satu perusahaan kebanggaan Amerika. Sontak, kabar ini langsung membuat saham Boeing (BA) yang merupakan komponen indeks Dow Jones, turun sekitar 1 persen pada perdagangan tengah hari, Selasa, 15 April 2025, waktu AS.
Padahal, Boeing selama ini mengandalkan pasar luar negeri, terutama China, sebagai pembeli utama produknya. Melansir dari CNN, Rabu, 16 April 2025, Presiden AS Donald Trump, dalam unggahannya di media sosial, membenarkan kabar tersebut.
Dia menyebut bahwa China baru saja membatalkan kesepakatan besar Boeing dengan tidak mengambil kepemilikan atas pesawat yang sudah dipesan. Hal ini menjadi pukulan berat, bukan hanya untuk Boeing sebagai eksportir terbesar AS, tetapi juga untuk perekonomian Amerika secara keseluruhan.
Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping
Sebagai informasi, Boeing telah mencatat kerugian operasi sebesar USD 51 miliar atau setara Rp856,8 triliun, sejak 2018. Perusahaan ini juga mempekerjakan hampir 150.000 orang di AS dan menopang sekitar 1,6 juta pekerjaan secara langsung maupun tidak langsung.
Adanya pembatalan dari China, pasar pesawat terbesar di dunia, maka risiko kerugian akan makin menganga. Menurut analisis Boeing sendiri, maskapai China diperkirakan akan membeli 8.830 pesawat baru dalam 20 tahun ke depan.
Namun, sejak 2019, Boeing praktis tersingkir dari pasar tersebut. Selain karena tarif impor China terhadap produk AS yang mencapai 125 persen, kepercayaan terhadap Boeing juga menurun usai dua kecelakaan fatal yang melibatkan 737 Max.
Pengiriman menjadi titik krusial karena di situlah Boeing mendapatkan pembayaran terbesar. Kini, perusahaan memiliki sekitar 55 unit pesawat yang menumpuk di gudang, sebagian besar seharusnya dikirim ke China dan India. Dihentikannya pengiriman oleh China, maka arus kas dan kinerja keuangan Boeing diprediksi makin tertekan.
Perang dagang yang awalnya hanya soal tarif, kini mulai berdampak pada realisasi bisnis. Tak hanya pertanian atau teknologi, sektor manufaktur seperti penerbangan pun ikut terhantam.
Halaman Selanjutnya
Namun, sejak 2019, Boeing praktis tersingkir dari pasar tersebut. Selain karena tarif impor China terhadap produk AS yang mencapai 125 persen, kepercayaan terhadap Boeing juga menurun usai dua kecelakaan fatal yang melibatkan 737 Max.