Dialami Nirina Zubir, Gimana Tanda Burnout dan Cara Mengatasinya?

3 days ago 7

Kamis, 8 Mei 2025 - 09:41 WIB

VIVA – Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh stres berkepanjangan, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan atau tuntutan hidup yang tinggi. Seseorang yang mengalami burnout biasanya merasa lelah secara terus-menerus, kehilangan motivasi, serta merasa tidak berdaya atau sinis terhadap pekerjaannya. 

Gejala ini dapat berdampak pada produktivitas, kesehatan mental, dan hubungan sosial. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Burnout bukan sekadar rasa lelah biasa, melainkan sebuah kondisi serius yang perlu dikenali dan ditangani agar tidak berkembang menjadi gangguan kesehatan yang lebih berat.

Pencegahan dan penanganannya bisa dilakukan melalui istirahat yang cukup, manajemen stres, dan dukungan sosial. Salah satu artis yang sedang dalam kondisi ini adalah Nirina Zubir.

Nirina Zubir

Photo :

  • VIVA.co.id/Rizkya Fajarani Bahar

Ia mengaku stres berat akibat kasus sengketa tanah hingga pekerjaan yang tidak ada habisnya. Gejala burnout ternyata tidak terjadi secara tiba-tiba. Namun, kondisi itu akan semakin terasa ketika dalam tahap sudah parah.

"Seperti Anda bangun tidur karena flu. Gejala ini bersifat perlahan, bertahap, sayangnya Anda sampai pada titik kritis di mana gejala tersebut menjadi terlalu berat bagi orang tersebut dan mulai menimbulkan dampak yang sangat negatif," kata Psikolog Klinis, Mike McKinney, melansir RNZ, Kamis 8 Mei 2025.

Dalam buku terbarunya, Beating Burnout, Mike mengatakan orang-orang yang memiliki pendekatan "all-or-nothing" terhadap pekerjaan bisa lebih berisiko mengalami burnout.

Gejala burnout yang umum sering kali tumpang tindih dengan gejala depresi.

"Hilangnya motivasi atau minat pada hal-hal yang sebelumnya cukup penting dan utama bagi mereka, bisa jadi pekerjaan tetapi juga aktivitas keluarga dan hobi. Orang tersebut menjadi agak negatif dan acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka dan mereka hanya ingin menarik diri dan merasa tidak memiliki energi kognitif atau fisik untuk berpartisipasi lagi," jelasnya.

Tipe kepribadian serba-atau-tidak-sama-sekali, dengan rasa fokus yang kuat pada pekerjaan dan prestasi adalah bahan utama untuk mengatasi kelelahan.

Kondisi mereka terbungkus dalam pekerjaan atau tugas yang sedang dikerjakan, dan semua hal lainnya harus dikesampingkan, karena hal itu tidak penting pada saat tertentu. Namun, dengan tipe kepribadian ini, tugas yang diselesaikan tidak memberikan rasa kepuasan.

"Begitu mereka sampai pada akhir (tugas), sayangnya, tidak ada rasa senang atau gembira. Rasanya seperti, oh, baiklah, sekarang saatnya beralih ke tugas berikutnya," katanya.

Mike menyarankan bagi orang-orang yang sedang merasa mengalami gejala burnout tersebut agar lebih terbuka dengan orang lain. Misalnya, dengan berbagi cerita tentang masalah yang sedang dihadapi.

"Salah satu hal pertama adalah benar-benar cukup berani untuk membicarakannya, karena orang cenderung merasionalisasi gejala dan tanda-tanda kelelahan dan terus melanjutkannya karena ekspektasi," katanya.

Salah satu masalah besar yang dihadapi sebagai manusia adalah ketika segala sesuatunya terasa tanpa harapan, seseorang mulai merasa tidak berdaya, dan itu adalah tempat yang mengerikan. Membuat rencana dapat membantu memerangi rasa tidak berdaya itu.

"Menghubungkan kembali dengan rasa tujuan, dan mungkin bahkan mengembangkan rasa tujuan itu di luar tempat kerja, sehingga ada sesuatu di sana untuk Anda bayangkan, untuk dihubungkan, dan direncanakan. Dan itu memberi Anda harapan," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya

Dalam buku terbarunya, Beating Burnout, Mike mengatakan orang-orang yang memiliki pendekatan "all-or-nothing" terhadap pekerjaan bisa lebih berisiko mengalami burnout.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |