Jakarta, VIVA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 dilaporkan hanya tumbuh sebesar 4,87 persen secara year-on-year (yoy). Capaian itu anjlok dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 yang sebesar 5,02 persen, dan lebih rendah dari capaian kuartal I-2024 yang sebesar 5,12 persen.
Ekonom Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal Hastiadi mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 itu jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 4,91 persen.
Fithra yang juga merupakan Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) itu menambahkan, pertumbuhan ekonomi itu juga di bawah perkiraan SSI yang sebesar 4,93 persen, melambat signifikan dari 5,02 persen pada kuartal IV-2025 dan menjadi laju paling lambat sejak kuartal III-2021.
"Hal itu menggarisbawahi hambatan yang terus berlanjut saat ini, dan mencerminkan permintaan domestik yang kurang optimal serta kinerja investasi yang melambat selama periode pasca-perayaan yang biasanya tenang," kata Fithra saat dihubungi VIVA, Senin, 5 Mei 2025.
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Dia menjelaskan, meskipun Ramadan, konsumsi rumah tangga kuartal I-2025 yang sebesar 54,5 persen dari PDB Indonesia, tercatat turun dari konsumsi rumah tangga sebesar 54,9 persen di kuartal I-2024. Hal itu diakui Fithra menunjukkan kelelahan, dan pertumbuhan konsumsi lebih lambat karena keyakinan konsumen yang lebih lemah.
"Data penjualan ritel dan indikator mobilitas menunjukkan lonjakan konsumsi yang biasa terjadi di sekitar periode perayaan tertunda, yang mungkin tidak pulih pada kuartal II-2025," ujarnya.
Dari i sisi investasi, Fithra menjelaskan bahwa pembentukan modal swasta masih dibatasi oleh suku bunga yang tinggi, hambatan regulasi, dan ketidakpastian global. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor secara keseluruhan memberikan sedikit dukungan atas melemahnya permintaan dari Tiongkok dan melambatnya perdagangan regional, yang memperburuk dampak kebijakan perdagangan AS di bawah Trump.
Ke depannya, ekspektasi rendah dengan peringatan terbaru Kementerian Keuangan tentang tarif AS, yang memangkas 0,3 hingga 0,5 ppt dari pertumbuhan PDB 2025. Kekhawatiran ini khususnya relevan dengan tanda-tanda kontraksi tajam pada PMI S&P bulan April sebesar 46,7 karena kondisi perdagangan memburuk.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi.
Photo :
- ANTARA/M Agung Rajasa
"Ke depannya, kami yakin sekarang ada penurunan pada perkiraan PDB 2025 kami sebesar 4,8 persen, yang mencerminkan bahwa kendala struktural dan siklus akan terus membebani perekonomian di kuartal mendatang," ujar Fithra.
"Meskipun pemerintah tetap yakin dengan target resmi 5,2 persen, beberapa indikator menunjukkan bahwa mencapai level ini akan membutuhkan pemulihan yang jauh lebih kuat di semester II-2025, terutama dalam hal investasi tetap, konsumsi swasta, dan produksi industri," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Dari i sisi investasi, Fithra menjelaskan bahwa pembentukan modal swasta masih dibatasi oleh suku bunga yang tinggi, hambatan regulasi, dan ketidakpastian global. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor secara keseluruhan memberikan sedikit dukungan atas melemahnya permintaan dari Tiongkok dan melambatnya perdagangan regional, yang memperburuk dampak kebijakan perdagangan AS di bawah Trump.