Inspiratif! Begini Cara Dimas Batik Pertahankan Tradisi Batik Tulis di Tengah Gempuran Teknik Printing

16 hours ago 3

Rabu, 7 Mei 2025 - 08:51 WIB

Jakarta, VIVA – Di tengah pesatnya perkembangan teknik printing dalam industri batik, Dimas Batik tetap teguh menjaga eksistensi batik tulis tradisional.

Berdiri sejak 1987 di Indihiang, Tasikmalaya, usaha milik Aisha Nadia ini tercatat sebagai satu-satunya pengrajin batik tulis di Tasikmalaya yang masih setia menggunakan malam atau lilin dalam proses produksinya.

Saat ini, Dimas Batik mempekerjakan 25 pembatik, terdiri dari 15 orang yang bekerja menetap di pabrik, serta 10 ibu rumah tangga yang membatik dari rumah.

Kami ingin mempertahankan tradisi, tapi juga memberi ruang bagi ibu-ibu agar bisa tetap produktif tanpa meninggalkan peran utama mereka di rumah,” ujar Aisha Nadia.

Perjalanan Aisha membesarkan usaha ini tidaklah mudah. Ia mengenang masa-masa awal ketika harus membawa karung berisi kain batik untuk bertemu calon pembeli, bahkan pernah diusir satpam karena disangka pemulung.

Waktu itu saya tidak punya kendaraan. Tapi saya tahu, saya membawa warisan budaya yang berharga,” kenangnya.

Dua bulan sebelum pandemi COVID-19, Aisha mendapat bantuan pendanaan UMK sebesar Rp 50 juta dari PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat. Dana tersebut ia gunakan untuk membeli sebidang tanah di pinggir jalan yang kini menjadi galeri permanen Dimas Batik.

Tak disangka, justru di masa pandemi, permintaan melonjak tajam, terutama dari desainer ternama di Bandung dan Jakarta yang memasok pakaian untuk pejabat negara dan selebriti nasional.

Kini, Dimas Batik telah tumbuh menjadi salah satu pengrajin batik terbesar di Tasikmalaya, memasarkan produknya ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan sejumlah kota di pulau Jawa. Bahkan, pasar luar negeri seperti Singapura dan Jepang telah menjadi pelanggan tetap.

Orang Jepang sangat menyukai motif batik kami yang bernuansa bunga kecil-kecil, seperti melati, sakura, dan truntum. Mereka kurang menyukai motif binatang, jadi kami beradaptasi tanpa kehilangan identitas,” jelas Aisha.

Motif-motif batik Jawa Barat yang ditawarkan Dimas Batik sarat makna filosofis. Misalnya, Merak Ngibing yang menggambarkan keindahan gerak burung merak dengan warna-warna cerah dan penuh energi. Tiga Negeri, kombinasi pengaruh budaya Jawa, Pekalongan, dan Lasem yang melambangkan harmoni. Cupat Manggu, terinspirasi dari buah manggis dengan pola geometris, serta Sidomukti, simbol harapan dan kemakmuran yang sering digunakan dalam acara adat.

Area Manager Communication, Relation & CSR Regional JBB PT Pertamina Patra Niaga, Eko Kristiawan, menyampaikan apresiasinya terhadap kegigihan Dimas Batik.

Kami bangga bisa mendampingi pelaku UMKM seperti Dimas Batik yang tidak hanya mempertahankan tradisi, tapi juga mampu menembus pasar global. Inilah semangat UMKM binaan Pertamina, berakar kuat pada budaya lokal, namun berpandangan jauh ke depan. Melalui program pendanaan dan pelatihan, kami ingin terus mendukung UMKM naik kelas dan menjadi penggerak ekonomi nasional,” ujarnya.

Dimas Batik aktif mengikuti berbagai pelatihan, termasuk di tahun 2024 melalui Pertamina UMK Academy kelas Go Global untuk memperluas pasar ekspor.

Kisah sukses ini sejalan dengan semangat Asta Cita ketiga pemerintahan Prabowo-Gibran, yang menekankan pentingnya peningkatan lapangan kerja berkualitas, pengembangan kewirausahaan, industri kreatif, serta pembangunan infrastruktur pendukung ekonomi rakyat.

Melalui dedikasi Aisha Nadia dan dukungan Pertamina, Dimas Batik tidak hanya menjadi pelaku industri kreatif, tetapi juga penjaga warisan budaya bangsa.

Halaman Selanjutnya

Tak disangka, justru di masa pandemi, permintaan melonjak tajam, terutama dari desainer ternama di Bandung dan Jakarta yang memasok pakaian untuk pejabat negara dan selebriti nasional.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |