Lakukan Uji Publik, Ini Makna Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah

6 hours ago 2

Jakarta, VIVA – Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia menggelar Uji Publik Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di Madrasah, yang berlangsung di Jakarta.

Kegiatan ini merupakan bagian dari proses pengembangan kurikulum yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah dengan pendekatan berbasis cinta. Diharapkan, kurikulum ini dapat mengembalikan peserta didik pada fitrah mereka, yakni rasa cinta kepada bangsa, lingkungan, diri sendiri, dan sesama.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Suyitno, dalam sambutannya mengapresiasi semua pihak yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan uji publik yang kelima ini. “Kurikulum Berbasis Cinta ini bertujuan mengembalikan pendidikan agama kepada esensinya, yakni menumbuhkan cinta dalam diri setiap individu. Kita ingin anak-anak didik kita tumbuh dengan rasa cinta yang tulus terhadap bangsa, lingkungan, diri mereka sendiri, dan sesama,” ujar Suyitno dalam keterangan tertulisnya, Rabu 16 April 2025.

Suyitno juga menekankan pentingnya menjauhkan kebencian dalam pendidikan dan menegaskan bahwa rasa cinta akan menciptakan kehidupan yang lebih harmonis. “Orang yang cinta tidak akan mudah menyalahkan orang lain. Jika kita mencintai bangsa dan lingkungan kita, kita tidak akan mudah mengeluh atau menyalahkan pihak lain. Cinta ini harus ditumbuhkan dalam setiap aspek kehidupan kita,” tambahnya.

Sementara itu, Nyayu, Direktur KSKk Madrasah, menyampaikan bahwa kegiatan uji publik ini merupakan bagian dari proses panjang yang dimulai sejak Januari 2025. Sebelumnya, uji publik telah dilakukan secara bertahap di berbagai lokasi dengan melibatkan peserta dari kalangan guru, pengawas, kepala madrasah, serta berbagai ormas dan pihak terkait lainnya.

“Uji publik ini bertujuan untuk memperoleh masukan dari berbagai pihak agar kurikulum yang dikembangkan tidak hanya relevan, tetapi juga dapat diimplementasikan dengan baik. KBC ini bukanlah kurikulum baru, melainkan bagian dari upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang ada dengan menambahkan nilai-nilai cinta dalam setiap unsur pembelajaran,” kata Nyayu.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional seperti Prof. Yudi Latif, Prof. Fasli Jalal, Prof. Moh. Nuh, Alissa Wahid, serta narasumber internasional, termasuk Profesor Eva, seorang guru besar dari ANU Canberra, Australia. Dalam kesempatan ini, Prof. Yudi Latif menyatakan, “Pendidikan berbasis cinta adalah pendidikan yang menumbuhkan empati, kesadaran sosial, dan saling pengertian. Jika setiap individu dipenuhi dengan cinta dalam proses belajarnya, mereka tidak hanya akan menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam bertindak dan berpikir.”

Sementara itu, Prof. Fasli Jalal menambahkan, “Kurikulum Berbasis Cinta mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada prosesnya. Ketika kita mengajarkan cinta kepada generasi muda, kita sebenarnya sedang menyiapkan mereka untuk menjadi individu yang peduli dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa.”

Kegiatan ini juga menjadi wadah bagi berbagai tokoh dan praktisi pendidikan untuk memberikan masukan terkait implementasi KBC. Selain itu, peserta uji publik ini terdiri dari pejabat Kementerian Agama, direktur, kasubdit, kepala madrasah, guru, serta perwakilan dari organisasi masyarakat seperti LP Maarif PBNU dan Majelis Pendidikan Muhammadiyah.

Nyayu menambahkan bahwa setelah uji publik ini, tahapan berikutnya adalah peluncuran resmi KBC yang dijadwalkan sebelum Menteri Agama berangkat ke Tanah Suci. Tahapan berikutnya adalah sosialisasi dan pelatihan yang akan dimulai pada Mei 2025, dengan harapan kurikulum ini dapat diterapkan di madrasah dan sekolah umum pada tahun ajaran baru 2025-2026.

“Tujuan dari KBC ini adalah untuk membangun rasa cinta yang meluas dalam masyarakat. Dengan pendidikan yang berbasis cinta, kita akan mempersiapkan generasi muda yang lebih peduli terhadap negara, lingkungan, dan sesama,” kata Prof. Eva, yang turut menyampaikan pandangannya dalam acara tersebut.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah dan sekolah umum, sekaligus memperkuat rasa memiliki terhadap kurikulum yang dikembangkan. Proses evaluasi dan monitoring juga akan dilakukan untuk memastikan bahwa KBC dapat memberikan dampak positif yang optimal pada pendidikan di Indonesia.

Melalui kegiatan ini, penyelenggara mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam memberikan masukan dan kritik yang konstruktif demi tercapainya tujuan pengembangan kurikulum berbasis cinta yang lebih baik untuk masa depan pendidikan Indonesia.

Halaman Selanjutnya

Sementara itu, Prof. Fasli Jalal menambahkan, “Kurikulum Berbasis Cinta mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada prosesnya. Ketika kita mengajarkan cinta kepada generasi muda, kita sebenarnya sedang menyiapkan mereka untuk menjadi individu yang peduli dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa.”

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |