VIVA – Marc Marquez mencatatkan poin sempurna dengan menjuarai MotoGP Qatar di Sirkuit Lusail, Doha, Senin 14 April 2025, dini hari. Artinya ini kemenangan ketiga selama berkarir di lintasan malam hari tersebut.
Walaupun memulai balapan dari urutan pertama namun banyak drama yang terjadi selama jalannya balapan. Memasuki tikungan pertama Alex Marquez menyenggol bagian belakang motor Marc Marquez.
Namun Marc Marquez yang tidak diunggulkan di lintasan malam hari itu menunjukkan jam terbangnya di atas Ducati Desmosedici GP25. Pembalap Ducati Lenovo itu mengantongi poin sempurna sejak kualifikasi, hingga balapan utama.
Alex Marquez tabrak Marc Marquez di MotoGP Qatar
Si Semut Carvera itu menjadi yang tercepat mulai latihan bebas pertama, atau FP1, meraih pole position saat kualifikasi, hingga menjadi yang tercepat saat balapan singkat alias sprint race, dan menjuarai balapan utama.
Alhasil MM93 meraup banyak poin tambahan di Qatar setelah gagal menyelesaikan balapan utama di MotoGP Amerika Serikat, akibat crash. Berkat pencapaian sang kaka, Alex yang awalnya berada di puncak klasemen sementara merosot ke posisi 2 dengan selisih 20 poin.
Pencapaian Marc di lintasan malam hari itu perlu mendapatkan apresiasi, karena Qatar masuk ke dalam zona hitam untuk dirinya. Mengingat sepanjang karirnya dia baru dua kali mengantongi kemenangan.
Kemenangan itupun diraihnya sudah cukup lama, yaitu 2011 saat masih di kelas Moto2, dan 2014 di kelas MotoGP ketika membela Repsol Honda.
Sedangkan saat menggunakan Ducati Desmosedici GP23 bersama Gresini Racing di tahun lalu Marc hanya finis ke-4. Lantas apa rahasianya MM93 bisa melesat bak roket bersama Ducati Lenovo dengan Desmosedici GP25?
“Saya akan bicara jujur. Itu tergantung pada strategi pembalap tercepat di lintasan. Jika pembalap tercepat menghentikan balapan, maka kita akan memiliki grup yang besar,” ujar baby alien, dikutip Crash.net, Rabu 16 April 2025.
Marc tidak terlalu ngotot sejak awal jalannya balapan, sehingga dia sempat didahului Pecco Bagnaia, hingga Maverick Vinales. Strategi itu dilalukan karena perlu menjaga kewaetan, atau grip ban sesuai yang dipilihnya.
“Jika seperti kemarin di sprint race ktika saya memacu dari awal, maka jarak (antar pembalap) akan lebih besar. Jadi hari ini (race) saya melambat di lap pertama, dan saya memiliki sekelompok besar pembalap di belakang, tetapi itu adalah strategi saya,” tuturnya.
Selain itu menjadi yang tercepat untuk menduduki pole position juga strategi yang dilakukan, karena untuk saling mendahului di Lusail, Doha tidak cukup baik. Sehingga dia berusaha keras sejak latihan bebas, dan kualifikasi.
“Hari ini saya tenang karena selama akhir pekan, itu tidak terduga bagi saya karena kita tidak boleh lupa bahwa kita berada di Qatar – tetapi saya adalah yang tercepat di sana,” tegasnya.
Francesco Bagnaia di MotoGP Qatar
Sementara perjuangan yang tidak kalah menaik untuk podium adalah Francesco Bagnaia. Rekan satu tim MM93 itu mengawali balapan dari urutan ke-11 namun bisa finis ke-2 setelah Maverick Vinales yang finis ke-2 dihukum penalti.
"Itu tergantung pada jenis sirkuitnya, karena ada sirkuit yang mengharuskan Anda mengendalikan ban. Ini salah satunya. Anda tidak bisa memaksakan diri dari awal hingga akhir. Mengelola ban juga berarti lebih banyak pertarungan, karena pembalap yang berada di belakang mungkin lebih memaksakan diri untuk memimpin,” ungkap Bagnaia.
Halaman Selanjutnya
Kemenangan itupun diraihnya sudah cukup lama, yaitu 2011 saat masih di kelas Moto2, dan 2014 di kelas MotoGP ketika membela Repsol Honda.