4 hours ago
1
Jumat, 16 Mei 2025 - 06:12 WIB
Jakarta, VIVA – Parama Hansa Abhipraya—atau yang akrab disapa Rama—menunjukkan bahwa prestasi tak harus membuat seseorang lupa akar dan empati. Di usianya yang masih belia, ia telah menorehkan prestasi gemilang sebagai World Star Champion dalam ajang kompetisi matematika internasional, mengalahkan ratusan peserta dari berbagai negara. Namun alih-alih larut dalam popularitas, Rama memilih melakukan hal yang tak biasa: mendatangi kolong jembatan tempat berdirinya Rumah Belajar Merah Putih dan berbagi ilmu secara langsung.
Didampingi oleh para relawan dari World Youth Action, Rama datang bukan sebagai bintang tamu atau simbol penghargaan, melainkan sebagai teman belajar. Ia duduk bersama anak-anak di sana, memperkenalkan permainan logika sederhana, mengajarkan konsep matematika dengan cara menyenangkan, dan sesekali mencairkan suasana lewat tebak-tebakan lucu. Momen tersebut seakan meniadakan sekat antara “anak jenius kelas dunia” dan “anak-anak kolong jembatan”. Mereka belajar dan tertawa bersama, dalam suasana yang hangat dan penuh semangat.
Menurut Nova, Koordinator Program dari World Youth Action, kehadiran Rama dalam kegiatan ini bukan hanya sebagai formalitas.
“Kami percaya bahwa inspirasi bisa datang dari siapa saja, bahkan dari anak-anak. Rama adalah bukti bahwa usia muda bukanlah penghalang untuk memberi dampak nyata. Ia bukan hanya cerdas, tetapi juga punya kepedulian tinggi,” jelas Nova.
Rumah Belajar Merah Putih merupakan ruang belajar alternatif yang dibangun dari semangat gotong royong masyarakat untuk menjawab keterbatasan akses pendidikan formal di wilayah padat penduduk. Berada tepat di bawah jembatan, tempat ini menjadi simbol nyata bahwa pendidikan bisa tumbuh dari mana saja, bahkan dari titik yang kerap diabaikan.
Bagi anak-anak yang belajar di sana, kehadiran Rama bukan sekadar kunjungan, melainkan suntikan motivasi luar biasa. Sosok yang mereka lihat di layar kini hadir di depan mata—mengajar, bermain, dan mendengarkan mereka dengan sepenuh hati. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, @paramahansa.id, berbagai potret kegiatan Rama bersama teman-teman barunya memperlihatkan bahwa empati bisa menyatu dalam tindakan kecil namun bermakna besar.
Kegiatan sosial yang digelar sejak pukul dua siang tersebut juga menghadirkan pemeriksaan kesehatan gratis dan pembagian alat tulis untuk para siswa. Kehadiran warga sekitar pun tak kalah antusias. Banyak orang tua yang terlihat terharu, menyaksikan anak-anak mereka berinteraksi dengan sosok yang membawa nama Indonesia ke panggung dunia. Harapan dan kebanggaan bercampur di mata mereka, seolah berkata bahwa impian pun bisa tumbuh di tempat yang sederhana.
Dalam pernyataannya kepada media, Rama berkata dengan polos namun penuh makna, “Aku suka ngajarin teman-teman. Seru bisa main bareng, terus belajar bareng juga. Semoga mereka jadi suka matematika juga,” ujarnya sambil tersenyum malu-malu. Ucapan sederhana yang mencerminkan semangat besar dalam dirinya untuk terus berbagi.
Lebih dari sekadar kegiatan sosial, kunjungan ini mengukuhkan bahwa ilmu dan kepedulian harus berjalan beriringan. Pendidikan tidak selalu harus hadir di ruang kelas berpendingin dan berproyektor. Ia bisa bertumbuh di kolong jembatan, di antara tawa anak-anak yang haus akan harapan.
Nova menambahkan bahwa World Youth Action berkomitmen untuk terus menghadirkan kegiatan serupa di wilayah lain.
“Kami ingin terus membawa inspirasi ke tempat-tempat yang selama ini dianggap pinggiran. Karena bagi kami, tidak ada tempat yang terlalu jauh untuk harapan,” tutupnya.
Halaman Selanjutnya
Dalam pernyataannya kepada media, Rama berkata dengan polos namun penuh makna, “Aku suka ngajarin teman-teman. Seru bisa main bareng, terus belajar bareng juga. Semoga mereka jadi suka matematika juga,” ujarnya sambil tersenyum malu-malu. Ucapan sederhana yang mencerminkan semangat besar dalam dirinya untuk terus berbagi.
