Washington, VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan keinginannya untuk membuka kembali jalur negosiasi dengan Pemerintah China, menyusul eskalasi terbaru dalam perang dagang kedua negara.
Hal ini disampaikan Trump dalam konferensi pers yang disiarkan CNBC Internasional, dikutip Selasa, 15 April 2025, setelah China menetapkan tarif impor sebesar 125% terhadap produk-produk asal AS.
"Apa yang terjadi dengan China? Kami ingin sekali bisa mencapai kesepakatan," ujar Trump dalam konferensi pers tersebut.
Presiden AS Donald Trump berlakukan tarif masuk barang impor ke AS
Photo :
- AP Photo/Mark Schiefelbein
Trump menyoroti bahwa China dan sejumlah negara lain telah terlalu lama mendapatkan keuntungan dari Amerika Serikat, menyebut praktik tersebut sebagai bentuk eksploitasi ekonomi.
"Mereka benar-benar telah mengambil keuntungan dari negara kami dalam jangka waktu yang lama. Mereka telah menipu kami. Dan kita berbicara tentang banyak presiden, bukan hanya beberapa. Namun, mereka melakukannya," tegasnya.
Kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Trump selama masa kepemimpinannya disebutnya sebagai upaya menata ulang sistem ekonomi dalam negeri, dan mengembalikan posisi tawar AS dalam perdagangan global.
"Dan yang kami lakukan hanyalah mengembalikannya ke bentuk semula. Kami sedang menata ulang keadaan dan saya yakin kami akan dapat bekerja sama dengan sangat baik," jelasnya.
Trump juga menyampaikan rasa hormatnya terhadap Presiden China Xi Jinping dan optimisme terhadap hasil perundingan yang mungkin dilakukan.
"Saya sangat menghormati Presiden Xi. Dia telah menjadi teman saya dalam jangka waktu yang lama. Dan saya pikir kami akan berhasil mencapai sesuatu yang sangat baik bagi kedua negara. Saya menantikannya," beber Trump.
Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping
Sebagai informasi, ketegangan perdagangan antara AS dan China kembali meningkat tajam. Pemerintah AS baru-baru ini menaikkan tarif menjadi 145 persen terhadap seluruh produk asal China. Tak tinggal diam, Beijing merespons dengan mengenakan tarif 125 persen untuk barang-barang impor dari AS.
Ketegangan ini menjadi babak baru dalam perang dagang berkepanjangan yang tidak hanya berdampak pada dua negara adidaya tersebut, tetapi juga mengguncang perekonomian global.
Halaman Selanjutnya
"Dan yang kami lakukan hanyalah mengembalikannya ke bentuk semula. Kami sedang menata ulang keadaan dan saya yakin kami akan dapat bekerja sama dengan sangat baik," jelasnya.