Jakarta. VIVA – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meninjau langsung pelaksanaan hari ketiga Program Pendidikan Karakter, Disiplin, dan Bela Negara yang digelar di Markas Resimen Artileri Medan (Menarmed) 1/Sthira Yudha Kostrad, Purwakarta, pada Minggu, 4 Mei 2025.
Program ini menyasar 39 siswa tingkat SMP dari Purwakarta yang dinilai memiliki masalah perilaku dan membutuhkan pembinaan khusus seperti sering bolos sekolah, kekerasan hingga tawuran.
Dalam kunjungannya, Dedi menyaksikan secara langsung bagaimana para siswa menjalani latihan baris-berbaris yang dipandu oleh anggota TNI dari Resimen Armed. Para siswa terlihat disiplin mengikuti arahan dan tampak serius menjalani setiap tahapan pembinaan di lingkungan militer yang tertib dan tegas.
Dilansir dari tayangan YouTube Kang Dedi Mulyadi, program ini tidak hanya sebatas mendidik siswa sekolah. Dedi membeberkan rencana lebih luas yang akan menyasar kalangan dewasa, khususnya mereka yang pernah terlibat dalam tindakan kriminal.
Menurutnya, sistem pemidanaan yang ada saat ini belum sepenuhnya efektif dalam memberikan efek jera atau membentuk karakter yang lebih baik.
"Rencana saya ke depan, setelah anak-anak usia sekolah ini berhasil, maka yang mabuk itu banyak anak remaja, anak dewasa. Yang tawuran juga banyak orang dewasa. Ternyata pidana tidak cukup untuk menyadarkan mereka. Dipidana, prosesnya lama, perlu biaya. Ditahan asalnya mabuk doang, ketika masuk lapas kalau ada kriminalnya, pulangnya jadi nyuri karena jadi pintar," kata Dedi.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meninjau pembinaan siswa nakal di Purwakarta
Ia menilai, lembaga pemasyarakatan (lapas) kadang justru menjadi tempat berkembangnya ilmu kriminal yang baru.
"Di lapas ini kadang-kadang orang bukan tambah baik, mereka dapat ilmu baru. Tadinya nyuri ayam, keluar dari lapas besoknya nyuri sapi," tambahnya.
Dedi juga mengusulkan konsep baru yang memadukan pendidikan karakter dengan kontribusi langsung kepada masyarakat melalui program karya bakti pembangunan.
"Gubernur, bupati kan punya program karya bakti pembangunan. Orang-orang dewasa yang ikut pelatihan itu nanti bekerja. Ikut bangun jalan, bangun irigasi, jadi tukang tembok, tukang mikul, tukang macul. Upahnya dibayarkan ke keluarganya. Bapaknya dididik di komplek militer, keluarganya dijamin oleh pekerjaan yang bapaknya lakukan. Negara harus begitu," tutupnya.
Program ini diharapkan mampu membentuk kedisiplinan dan memperbaiki perilaku tidak hanya di kalangan pelajar, tetapi juga di kalangan dewasa yang membutuhkan pembinaan khusus.
Halaman Selanjutnya
Ia menilai, lembaga pemasyarakatan (lapas) kadang justru menjadi tempat berkembangnya ilmu kriminal yang baru.