Tangis dan Senyum Iringi Kepergian Paus Fransiskus di Tanah Kelahirannya Argentina

8 hours ago 1

Selasa, 22 April 2025 - 09:05 WIB

Buenos Aires, VIVA – Apakah mungkin untuk menangis sambil tersenyum tulus? Pagi ini, Argentina membuktikan bahwa hal itu bisa terjadi.

Dalam suasana duka yang menyelimuti seluruh negeri, kabar wafatnya Paus Fransiskus mengguncang hati jutaan orang, dan di tengah tangis itu, ada pula senyuman penuh syukur atas warisan cinta yang ia tinggalkan.

Melansir dari CNN Internasional, Selasa 22 April 2025, di tanah kelahirannya, tempat di mana Jorge Bergoglio (nama Paus Fransiskus sebelumnya) tumbuh dan mengabdi sebagai pelayan bagi kaum miskin sebelum menjadi Paus, rakyatnya berduka.

Foto Terbaru Paus Fransiskus Selama Masa Pemulihan di RS (Doc: Vatican News)

Photo :

  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Tapi, duka mereka bukan sekadar kehilangan; itu adalah duka yang menyatu dengan kenangan akan empati, kelembutan, dan kasih tanpa batas yang pernah mereka terima.

Katedral Metropolitan Buenos Aires menjadi saksi bisu bagi barisan pelayat yang datang, beberapa dengan doa dalam diam, yang lain dengan bunga dan lilin.

Beberapa bahkan menulis surat perpisahan yang diletakkan di luar katedral, sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Di antara mereka yang melayat dan berdoa, ada Elisa, seorang wanita Argentina berusia 40-an. Ia mengaku sedang dalam perjalanan ke tempat kerja ketika mendengar kabar kematian Paus dari televisi. Tanpa ragu, ia membelokkan langkahnya menuju katedral.

Dengan mata berkaca-kaca, Elisa mengenang momen bersejarah dalam hidupnya. Saat itu, Jorge Bergoglio, yang kelak dikenal dunia sebagai Paus Fransiskus memberinya sakramen penguatan.

Sejak hari itu, ia bertekad mengikuti jejak sang Paus dengan melayani masyarakat di lingkungan yang paling membutuhkan.

Di luar katedral, tanda-tanda cinta terus berdatangan. Namun tak semua berbentuk bunga atau doa. Di negeri yang dikenal sebagai tempat anak-anak belajar 'menendang bola' sebelum mereka bisa berjalan, bentuk penghormatan lain muncul, yakni lencana sepak bola.

Bukan sembarang lencana, melainkan milik San Lorenzo de Almagro, klub yang dicintai Paus Fransiskus.

“Ia selalu menjadi salah satu dari kami,” ujar klub itu dalam sebuah pernyataan.

Mario, seorang pendukung San Lorenzo, berdiri dengan tenang di antara kerumunan. Ia menatap katedral, tersenyum, dan mengangguk pelan.

Dalam kesedihan itu, ia tahu, cinta Paus Fransiskus akan terus hidup, dalam doa, dalam kenangan, dan dalam hati rakyat Argentina.

Halaman Selanjutnya

Sejak hari itu, ia bertekad mengikuti jejak sang Paus dengan melayani masyarakat di lingkungan yang paling membutuhkan.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |