Tragedi Ledakan Amunisi di Garut, Eks Mayjen TNI: Akibat dari Kesalahan Prediksi Personel

4 hours ago 2

Selasa, 13 Mei 2025 - 05:55 WIB

Jakarta, VIVA - Insiden tragis meledaknya amunisi kedaluwarsa yang menewaskan 13 orang di Garut, Jawa Barat jadi sorotan. TNI diminta melakukan evaluasi total prosedur pengamanan terkait pemusnahan amunisi.

Permintaan evaluasi total prosedur itu disampaikan Anggota Komisi I DPR RI yang juga purnawirawan TNI AD, TB Hasanuddin. Dia menuturkan belasungkawa mendalam atas insiden tragis di wilayah latihan militer tersebut.

TB Hasanuddin mengatakan, insiden ini harus jadi pembelajaran serius bagi semua pihak. Meskipun secara teknis prosedur yang diterapkan disebut sesuai standar operasional.

Menurut dia, lokasi peledakan yang berada di wilayah pantai sebenarnya juga memenuhi aspek keamanan dan ketentuan yang berlaku. Namun, ia menilai pengawasan yang lebih ketat diperlukan agar masyarakat tak bisa mengakses area berbahaya.

"Ke depannya, pembatasan wilayah harus dilakukan dengan pengawasan yang lebih ketat untuk mencegah warga sipil berada di area berbahaya," kata TB Hasanuddin, dalam keterangannya, dikutip pada Selasa, 13 Mei 2025.

Terkait insiden itu, pihak TNI sudah menyatakan siap membentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab ledakan amunisi kedaluwarsa tersebut.

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP, TB Hasanuddin

Pun, Hasanuddin menjelaskan amunisi yang diledakkan merupakan amunisi kedaluwarsa yang secara teknis sudah tidak stabil. Dia bilang peledakan pertama sebenarnya telah dirancang untuk menghancurkan seluruh amunisi.

Dia menganalisa saat itu petugas meyakini proses pemusnahan telah tuntas. Namun, ia mengingatkan sifat amunisi kedaluwarsa tidak bisa diprediksi sehingga menyebabkan ledakan susulan. Diduga ada keselahan prediksi dari petugas.

"Amunisi kedaluwarsa itu tidak semuanya akan meledak serentak ketika diledakkan. Ada yang meledak langsung, tapi ada juga yang meledak belakangan karena sifatnya yang tidak lagi normal," jelas purnawirawan TNI AD pangkat Mayor Jenderal atau Mayjen itu.

Dia menyebut personel TNI yang bertugas salah memprediksi soal ledakan belakangan dari amunisi kedaluwarsa.

"Ini akibat dari kesalahan prediksi petugas. Dikiranya satu ledakan cukup, ternyata ada amunisi yang meledak belakangan dan menimbulkan korban," ujar politikus senior PDIP itu.

Maka itu, dia menekankan insiden itu harus dijadikan pelajaran untuk menyempurnakan prosedur pemusnahan amunisi tak layak pakai agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Insiden ledakan terjadi di kawasan Desa Sagara, Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin pagi kemarin. 13 orang tewas di lokasi yang terdiri dari 4 orang personel TNI dan 9 orang sipil.

Ledakan tragis itu terjadi saat berlangsungnya proses pemusnahan amunisi usang oleh unsur militer di area terbuka yang tak jauh dari bibir pantai selatan Garut. Pemusnahan amunisi tersebut merupakan bagian dari kegiatan rutin TNI untuk menyingkirkan bahan peledak yang sudah kedaluwarsa.

Ledakan pertama terjadi sekitar pukul 09.30 WIB dan menggetarkan kawasan sejauh beberapa kilometer. Suara dentuman terdengar keras dan menggema hingga membuat warga sekitar berhamburan ke luar rumah untuk mencari tahu sumber suara. Sejumlah saksi menyebut, tanah sempat bergetar ketika ledakan terjadi.

Halaman Selanjutnya

Pun, Hasanuddin menjelaskan amunisi yang diledakkan merupakan amunisi kedaluwarsa yang secara teknis sudah tidak stabil. Dia bilang peledakan pertama sebenarnya telah dirancang untuk menghancurkan seluruh amunisi.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |